Anggaran Negara Naik, Subsidi untuk Rakyat Indonesia Banyak yang Dicabut

- 30 Januari 2023, 16:00 WIB
Anggota DPR RI Anis Byarwati
Anggota DPR RI Anis Byarwati /Dok.Foto/DPRRI/Mentari/rni/



KARAWANGPOST - Naiknya anggaran negara serta berkurangnya subsidi untuk rakyat ditengah kondisi ekonomi yang masih belum pulih.

Kondisi tersebut disoroti secara khusus oleh Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati, naiknya anggaran negara sekaligus ironi berkurangnya beberapa subsidi untuk rakyat.

Ia mengungkapkan keprihatinannya atas pengurangan nilai manfaat dana haji, pembatasan subsidi pupuk, pengurangan subsidi BBM, kenaikan pajak PPN, hingga rencana kenaikan tiket KRL.

Baca Juga: Antisipasi Krisis Pangan, Kementan Perkuat Mekanisasi Pertanian

"Di tengah naiknya anggaran negara secara drastis menembus Rp3.041 triliun, tetapi disisi lain banyak subsidi untuk rakyat perlahan dikurangi ini ironi di tengah perekonomian masyarakat yang belum pulih," kata Anis pada Sabtu 28 Januari 2023.

Legislator Dapil DKI Jakarta I ini juga mengkritik istilah subsidi tidak tepat sasaran yang seringkali digunakan untuk mengurangi hingga mencabut subsidi. Menurutnya, hal ini menunjukkan kebijakan subsidi Pemerintah belum berpihak pada rakyat. 

Seperti misalnya tiket KRL yang dianggap terlalu murah oleh pemerintah, sehingga perlu dibedakan berdasarkan kaya dan miskin, padahal di negara maju manapun selalu mendorong rakyatnya untuk menggunakan transportasi publik yang terjangkau, selain mengurangi emisi juga solusi bagi problem kemacetan.

Baca Juga: Jadwal Sidang Lanjutan Ferdy Sambo dan Terdakwa Lainnya Pekan Depan

Anis menyampaikan bahwa akan senantiasa memperjuangkan agar tidak ada pengurangan subsidi bagi rakyat, misalnya menahan kenaikan tarif listrik bagi golongan bawah serta LPG ukuran 3 kilogram.

Ia juga mengingatkan bahwa, tujuan bernegara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana yang tertuang dalam bagian pembukaan UUD 1945.. 

Karena begitu terjadi kenaikan, angka inflasi akan semakin meningkat sehingga kualitas pertumbuhan ekonomi terdegradasi.

Baca Juga: Wapres Bocorkan Target Angka Kemiskinan Ekstrem di 2024

"Jadi kesejahteraan itu untuk kemaslahatan publik jangan bagi kelompok atau pribadi saja, jangan sampai mindset pemerintah itu bahwa rakyat adalah beban, seperti pernah disebut misalnya pensiunan ada beban negara, ini kan tidak pas dengan arah tujuan bernegara," ujarnya.

Wakil Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan negara (BAKN) DPR RI ini juga merasa prihatin dengan semakin beratnya beban rakyat yang dipicu dari kenaikan pajak, mulai dari naiknya tarif bea meterai hingga kenaikan PPN.

Hal ini menjadi ironi di tengah berbagai insentif yang diberikan bagi kelas menengah atas.

Baca Juga: Kasus Pencucian Uang di Mahkamah Agung, KPK Deteksi Keberadaan Dito Mahendra

"Insentif dan fasilitas perpajakan ada, tapi justru banyak diberikan kepada masyarakat berpendapatan tinggi. Sementara itu pemerintah justru terus mengejar sumber-sumber perpajakan dari masyarakat berpendapatan rendah, ini melukai rasa keadilan publik," tambahnya.

Anis mengingatkan bahwa setiap kebijakan subsidi harus melalui kajian yang komprehensif dan selaras dengan semangat Undang-undang Dasar, sehingga semua lapisan masyarakat mendapatkan manfaat dan merasakan keberpihakan dari pemerintah. Ditambahkannya, ketidaktepatan kebijakan dapat memicu munculnya kemiskinan baru.

"Sebagai catatan bahwa penduduk Indonesia yang rentan miskin jumlahnya sebanyak 182 juta jiwa atau 66,7% dari populasi akibat pandemi Covid-19, ketidaktepatan kebijakan akan berdampak jatuhnya kemiskinan baru," kata Anis menutup pernyataan resminya.***

Editor: M Haidar

Sumber: DPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x