Impor Beras Sebagai Langkah Menjaga Ketersediaan Bukan Karena Produksi Rendah

- 13 Februari 2023, 08:00 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo /Instagram/@syasinlimpo/



KARAWANGPOST - Langkah impor beras sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan bukan karena adanya produktifitas pertanian yang rendah.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menekankan bahwa pemerintah melakukan impor beras itu bukan karena produksi rendah.

"Dalam tiga tahun ini kesiapan pangan kita luar biasa. Bahkan kemarin sudah tidak impor beras tiga tahun dan kalau ada impor beras itu bukan karena produktifitasnya rendah," katanya pada kegiatan Training of Trainer Low Cost Precision Farming, di Lampung Selatan, Sabtu, 11 Februari 2023.

Baca Juga: Teknologi Informasi Bisa Memberikan Kesempatan juga Ancaman

 

 



Terkait stok beras, Mentan mengatakan ketersediaannya mencukupi dan akan bertambah dengan bakal panennya 1,9 juta hektare sawah di Indonesia pada bulan ini.

"Bulan ini mulai panen, pemantauan kita akan ada 1,9 juta hektare di seluruh Indonesia, itu setara 6-7 juta ton beras," kata dia.

Mentan kembali menegaskan, tugas Kementan hanya ketersediaan. Mungkin impor untuk berjaga-jaga, tapi jangan katakan itu kaitkan dengan produktifitas.

Baca Juga: Tingkatkan Investasi upaya Rusia untuk Lepas dari Sanksi Barat

Dalam masalah impor beras terdapat tiga parameter yang digunakan, pertama menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukurnya.

Menurut Mentan, data BPS menunjukkan bahwa produksi beras 2022 mengalami kenaikan 0,30 juta ton. Dimana pada tahun 2021 produksi beras sebesar 31,36 juta ton dan di 2022 menjadi 31,66 juta ton.

Kenaikan produksi beras itu pun dipengaruhi oleh luas lahan panen yang juga meningkat 0,13 persen dari sebelumnya 10,41 juta hektare sawah menjadi 10,54 juta hektare sawah yang menghasilkan 54,95 juta ton gabah.

Baca Juga: DPR Pertanyakan Hasil dari Program Desa Wisata Kementerian Desa

"Sedangkan beras yang dimakan oleh penduduk Indonesia berada di angka 29 hingga 30 juta ton," katanya.

Bahwa data dari BPS tersebut sudah dibandingkan lagi dengan standing crop (SIScrop) milik Kementan serta laporan dari daerah yang memang selalu divalidasi setiap saat.

"Ini pembanding yang sangat konkret.
Setelah pembandingan turun, saya lihat dengan standing crop, sesuai, apa yang kata standing crop di sana ada 42 hektar, ternyata 42 hektar lahan yang siap panen di lapangan" jelas Mentan.***

Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x