Kenali Maladaptive Daydreaming, dimana Seseorang Terjebak dalam Khayalan

- 16 Oktober 2021, 23:24 WIB
Ilistrasi - Berhayal
Ilistrasi - Berhayal /Pexels/Wesley Carvalho /

KARAWANGPOST - Menyendiri sembari ngebayangin hal yang indah-indah itu menyenangkan. Sayangnya tidak semua khayalan itu baik sehingga sebaiknya dibatasi.

Melamun hal indah memang menyenangkan, tapi bila keseringan, sampai dipanggil orang-pun tidak terdengar, bisa jadi itu pertanda Maladaptive Daydreaming. 
 
Maladaptive Daydreaming adalah kondisi dimana seseorang terjebak dalam khayalan atau imajinasinya selama berjam-jam dengan cara melamun sehingga hubungan dan kewajibannya di dunia nyata diabaikan.
 
 
Memang Maladaptive Daydreaming tidak termasuk ke dalam kategori gangguan mental. Akan tetapi, banyak ahli kejiwaan berpendapat bahwa orang yang kecanduan melamun tetap memerlukan bantuan atau perawatan tertentu untuk mengurangi kebiasaan tersebut.
 
Khayalan yang dibuat oleh orang yang terlalu sering melamum biasanya memiliki ikatan kuat dengan perasaannya.
 
Ia bisa benar-benar merasa sedih, senang, tertawa, dan bahkan menangis, saat masuk ke dalam dunia imajinasinya.
 
 
Prilaku terlalu sering melamum ini merupakan bentuk coping atau cara untuk mengatur stres mereka, karena orang tersebut mau kabur dari realitas yang ada.
 
Hal itu semacam pelarian dari dunia nyata. Dia menggunakan fantasinya dan membayangkan hal-hal yang tidak bisa dia lakukan atau di capai di dunia nyata.
 
Penyebab dari sering melamum dikarenakan seseorang ingin melakukan sesuatu yang tidak bisa dia lakukan di dunia nyata dan untuk meminimalkan tekanan hidupnya. 
 
 
Satu sisi prilaku sering melamum memang menjanjikan kondisi yang nyaman dan bikin nagih. Tapi di sisi lain, pelaku Maladaptive Daydreaming juga sebenarnya tertekan karena tidak bisa mengendalikan serta tidak berhasil membatasi fantasinya.
 
Melamun berlebihan dapat menyebabkan aktivitas terganggu. Penderitanya sangat mungkin mengalami penurunan prestasi di sekolah atau di kantor. 
 
Kondisi ini juga bisa mengganggu jalinan hubungan dengan keluarga, pasangan, maupun orang di sekitarnya.
 
 
Jika tidak mendapat perawatan yang sesuai, maladaptive daydreaming bisa meningkatkan risiko beberapa penyakit mental berikut ini.
 
Depresi yakni gangguan suasana hati yang membuat seseorang terus merasa sedih dan kehilangan minat pada hal-hal yang disukai.
 
 
ADHD (gngguan attention deficit hyperactivity) yaitu gangguan perkembangan saraf yang menyebabkan seseorang bermasalah dalam memehartikan sesuatu, mengendalikan perilaku impulsif (dapat bertindak tanpa memikirkan konsekuensinya), dan terlalu aktif.
 
OCD (gangguan obsesif-kompulsif), yakni jenis gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran (obsesif) yang tidak terkendali, sehingga mendorongnya untuk melakukan perilaku (kompulsif) berulang.
 
Itulah pembahasan singkat Maladaptive Daydreaming, semoga hal ini dapat bermanfaat untuk para pembaca.***
 

Editor: M Haidar

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x