Ekspor Sarang Walet Makin Diminati, Nilainya Terus Meningkat

- 17 Januari 2021, 14:16 WIB
Sarang Burung Walet Kualitas Ekspor Kementan RI
Sarang Burung Walet Kualitas Ekspor Kementan RI /Kementan RI/



KARAWANGPOST - Menteri Pertanian Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo menyebutkan tren ekspor Sarang Burung Walet (SBW) menunjukan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.

Rumah dari burung walet atau Collocalia sp, ini dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di pulau Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.

"Ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita, tanpa perawatan khusus walet memberikan sumbangan devisa negara dan pendapatan  bagi petani, " kata pria yang biasa disapa SYL ini di Jakarta Jumat 15 Januari 2021 lalu.

Baca Juga: Kemenkes Penuhi Kebutuhan untuk Tindakan Medis di Sulbar

Mentan SYL bersyukur bahwa komoditas asal sub sektor peternakan ini juga mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan, M. Lutfi. Dukungan terhadap komoditas SBW disampaikan saat meluncurkan Platform Dagang Digital Indonesian Store (IDNStore) pada hari Kamis, 14 Januari 2021 di Jakarta.

Menteri M. Lutfi menyebutkan keyakinannya akan tercapainya  pertumbuhan yang ditargetkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) dan komoditas ekspor SBW menjadi andalan, bahkan sebagai "harta karun".

Sebagai informasi, dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) tercatat bahwa selama masa pagebluk Covid 19, jumlah ekspor SBW sebanyak 1.155 ton dengan nilai Rp. 28,9 triliun atau meningkat 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131,2 senilai Rp. 28,3 triliun saja.

Baca Juga: Tim Gabungan Berhasil Temukan 28 Korban Meninggal Longsor Sumedang

"Selain sinar matahari, tanah subur dan banyak lagi yang diberikan Sang Maha Penguasa kepada bangsa ini harus kita jaga, harus kita kelola," ajak Mentan.

SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.

Saat ini, SBW yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH),Kementan untuk produktivitasnya.

Baca Juga: Kalsel Sedang Berduka, Dua Pria Asal Banjar Malah Selundupkan Sabu-Sabu

Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safetynya dilakukan oleh Barantan.

Masih menurut Mentan SYL, melalui Barantan pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap 23 eksportir SBW RI sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian Cina, GACC (General Administration of Customs of the People's Republic of China).

Dan tercatat sebanyak 262 ton atau 23% dari total ekspor SBW RI dibeli oleh Cina. Sebagai pengekspor SBW terbesar didunia, para pelaku usaha RI banyak menyasar pasar Cina karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara Rp. 25 juta hingga Rp. 40 juta per kilo.

Baca Juga: Terdata 56 Orang Meninggal Dunia akibat Gempa di Sulbar

Namun dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus Cina juga mempersyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemroses sarang walet disamping pemenuhan persyaratan teknis tentunya.

Sementara itu, diketahui bahwa tempat pemrosesan sarang walet juga memerlukan tenaga kerja yang cukup besar atau padat karya, sehingga mampu memberikan dampak ekonomi berupa peluang kerja bagi masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Banjir Kalimantan Selatan, Sebanyak Tujuh Kabupaten Terdampak

"Saat ini 13 pelaku usaha tempat pemrosesan sarang burung walet lainnya tengah kita dampingi untuk penetrasi pasar Tiongkok, semoga bisa sama-sama kita dukung agar tahun ini selesai," tutup Menteri.***

Editor: M Haidar

Sumber: Kementan RI


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x