Belajar Mencintai Diri Apa Adanya Dari Buku 'I Want to Die but  I Want to Eat Tteokpokki' 

- 8 Maret 2021, 14:30 WIB
Ilustrasi - Depresi
Ilustrasi - Depresi /Pixabay/darksouls1/



KARAWANGPOST - Masalah psikologis kerap kali muncul akibat standar kehidupan yang terjadi di Negara maju.

Bahkan banyak lagu-lagu grup musik asal Korea, mengangkat tema self-love dan self-improvement. Karena saking pentingnya masalah ini.

Depresi juga pernah turut merenggut nyawa Kim Jonghyun, seorang vokalis idol grup Shinee yang bunuh diri dengan briket batubara pada 2017.

Baca Juga: Viral Menantu Racun Mertua Sampai Tewas Pake Racun Biyawak

Buku 'I Want To Die But I Want To Eat Tteopokki' hadir sebagai bacaan bagi mereka yang peduli dengan masalah kesehatan mental.

Buku ini berbeda dari buku self-improvement pada umumnya, sebab isinya merupakan dialog antara psikiater dan pasiennya.

Lebih uniknya lagi, penulisnya bukanlah sang psikiater, melainkan seorang pasien yang bernama Baek Se Hee, seorang wanita pengidap destimia di Korea Selatan.

Baca Juga: Kecelakaan di Tol Cipali, Satu Orang Tewas Empat Korban Luka Berat

Untuk mengenal depresi dan destimia, seorang dokter jiwa asal Indonesia bernama dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ. menulis penjelasannya dalam kata pengantar buku ini.

Kurang lebih ia menjelaskan, depresi adalah sebuah gangguan mood yang menyebabkan perasaan depresif dan kehilangan kesenangan secara persisten. Selanjutnya, Distimia merupakan bentuk kronis/jangka panjang dari depresi.

“Distimia berbeda dengan depresi dalam derajatnya serta durasi waktunya yang sangat lama,” tulis dr. Jiemi dalam kata pengantarnya.

Baca Juga: Update Covid-19 di Indonesia, Hari Ini Bertambah 5.767 Kasus

Gangguan depresi ini memengaruhi bagaimana kita merasa, berpikir dan bertindak, sehingga menyebabkan masalah emosional dan fisik.

Lebih parahnya, Destimia dapat membuat seseorang kehilangan ketertarikan yang normal pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak ada harapan, produktivitas berkurang, harga diri yang rendah dan perasaan tidak layak.

Awal dari buku ini menceritakan bagaimana penulis merasa malu dan tidak percaya diri dengan keadaannya ketika masih di sekolah, dan bagaimana lingkungan keluarga berperilaku kepadanya.

Baca Juga: Baru Dirilis, Adidas Yeezy 450 Habis dalam Satu Menit

Yang dimana hal tersebut memunculkan rasa trauma dan rasa percaya diri yang rendah. Serta, menimbulkan luka yang harus ia bawa hingga dewasa.

Dalam buku ini penulis mengharapkan bahwa ia bisa mencintai dirinya sendiri baik dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Baca Juga: Ini Dia 7 Tempat Wisata yang Terkenal Angker dan Mistis di Indonesia

Memiliki perasaan negatif itu hal yang wajar, yang terpenting adalah tidak membawa perasaan tersebut berlarut-larut dan memvonis kesalahan terhadap diri sendiri.

Berdamailah dengan kekuranganmu, agar bisa tumbuh dan bijak dalam menghadapi berbagai situasi.***

Editor: M Haidar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah