KARAWANGPOST - Depresi bisa dipicu oleh beragam faktor, seperti lingkungan, perubahan hormon, pengalaman traumatis, hingga genetik.
Perasaan dan pikiran negatif merupakan gejala yang umum dialami pengidap depresi. Beberapa disebabkan oleh cara berfikir yang dialami pengidap depresi.
dr. Jiemi Ardian. Sp.Kj. seorang dokter jiwa yang menuliskan penjelasannya dalam kata pengantar buku 'I Want To Die But I Want To Eat Tteopokki' yang mengangkat masalah psikologis.
Baca Juga: Update Covid-19 di Indonesia, Hari Ini Bertambah 5.767 Kasus
Ia menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan pola pikir pengidap depresi, Diantaranya ;
1. Black and White Thinking
Cara berpikir semacam ini membuat segala sesuatu terlihat 100% hitam atau 100% putih, tidak ada abu-abu dan tidak ada warna lain.
Ini merupakan cara berpikir terpolarisasi yang sering dialami pengidap depresi, yang memandang segala hal dalam dalam sudut pandang yang sempit, seperti tidak ada harapan dalam kegagalan.
Baca Juga: Viral Menantu Racun Mertua Sampai Tewas Pake Racun Biyawak
2. Overgeneralization
Ini merupakan cara berpikir menggeneralisasi keadaan, yang mana suatu kejadian buruk dapat dianggap mewakili keseluruhan hidup.
Cara berfikir semacam ini membuat suatu kejadian traumatis, mempengaruhi pola pikir pengidap untuk memaknai seluruh kehidupannya.
3. Personalization
Cara berpikir ini membuat pengidap menganggap segala sesuatu yang terjadi adalah kesalahannya.
Tidak semua kejadian merupakan kehendak manusia, maka untuk itu jangan menyudutkan diri sendiri atas kejadian buruk yang terjadi.
4. Fortune Telling
Dalam keadaan ini, seseorang cenderung membayangkan masa depan, tapi dalam bayangan buruk.
Peristiwa traumatis dan kurang percaya diri dapat membuat seseorang berfikir negatif tentang apa yang akan dialaminya di masa depan.
5. Mind Reading
Dengan cara berpikir ini, pengidap seakan bisa membaca isi pikiran orang lain.
Bahkan ketika orang lain berbicara hal yang netral pun dapat diterjemahkan lain, seakan kita tahu motif orang lain melakukan sesuatu.
6. Emotional Reasoning
Seseorang cenderung menggunakan emosinya sebagai landasan berpikir. Memaknai bahwa emosinya merupakan apa yang terjadi.
7. Disqualifying the Positive
Segala peristiwa dipersepsikan dengan sudut pandang yang negatif. Kalau ada peristiwa positif maka itu akan diartikan negatif.
8. Ambivalensi
Memikirkan sesuatu yang kontradiktif dalam waktu bersamaan, misalnya ingin mengakhiri hidup dan disaat yang bersamaan juga ingin hidup. Keadaan itu dinamakan ambivalensi.
Maka, hindari pikiran negatif tersebut dengan berfikir positif dan menjaga kesehatan mental dan ketenangan diri.***