KARAWANGPOST - Beredar kabar menyebutkan Pfizer vaksin Covid 19 buatan Amerika Serikat memberikan efek terjadinya kemandulan wanita.
Kabar tersebut beredar di media sosial Twitter. Salah satunya diunggah akun @QComState.
Dalam postingan pada akun tersebut menuliskan klaim vaksin COVID-19 membuat mandul berasal dari pernyataan Kepala Penelitian Pfizer. Unggahan ini ini dilengkapi juga dengan tautan blog.
Melansir dari Antara, berikut isi unggahan di Twitter yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:
"Kepala Riset Pfizer: Vaksin Covid Merupakan Penyeteril Wanita ": https://healthandmoneynews.wordpress.com/2020/12/02/head-of-pfizer-research-covid-vaccine-is-female-sterilization/comment-page- 2 / # comment-5341
Lihat PS artikel itu, vaksin Covid-19 juga akan mensterilkan para PRIA."
Namun, apakah benar vaksin COVID-19 menyebabkan kemandulan?
Penjelasan:
Snopes, lembaga pencari fakta asal Amerika Serikat, menjelaskan narasi vaksin COVID-19 menyebabkan kemandulan SALAH.
Snopes memaparkan narasi itu bersumber dari sebuah blog bernama Health and Money News. Blog tersebut sudah tidak bisa diakses.
Narasumber dalam tulisan di blog itu bernama Michael Yeadon, yang diklaim sebagai Kepala Penelitian Pfizer.
Baca Juga: Dalam Dua Hari KKP Tenggelamkan 10 Kapal Asing
Faktanya, Michael Yeadon bukanlah Kepala Penelitian Pfizer.
Yeadon memang pernah bekerja untuk Pfizer sebagai wakil presiden dan kepala ilmuwan untuk alergi dan pernapasan, tetapi keluar dari perusahaan farmasi itu pada 2011, menurut informasi biografi Yaedon di blog "Lockdown Skeptics".
Dalam blog Health and Money News disebutkan, Yeadon dan dokter Jerman Wolfgang Wodarg mengirim surat ke European Medicines Agency (EMA), meminta penghentian uji klinis vaksin COVID-19 Pfizer di Uni Eropa.
Dalam surat tersebut, Wodarg dan Yeadon menyatakan vaksin Pfizer memblokir protein yang merupakan kunci dalam pembentukan plasenta pada mamalia.
Mereka mengklaim ada kemungkinan wanita yang menerima vaksin tersebut menjadi tidak subur.
Baca Juga: Rayakan Ultah, Pembalap Pertamina BO Bendsneyder Hadiahi Ini kepada Timnya
Namun, baik Michael Yeadon dan Wolfgang Wodarg tidak pernah menunjukkan bukti penelitian sebagaimana diklaim dalam surat itu.
Perusahaan obat Pfizer menepis isu tersebut dan mengatakan tidak ada masalah keamanan yang signifikan yang diamati selama studi vaksin.
Uji klinis Pfizer yang telah melibatkan puluhan ribu sukarelawan, menunjukkan vaksin itu 95 persen efektif dan tidak menghasilkan efek samping yang serius.***