Mengapa Seseorang Menjadi Teroris?

28 Maret 2021, 18:23 WIB
Ilustrasi: Teroris /Karawangpost/cottonbro/pexels

KARAWANGPOST - Puluhan tahun penelitian mengenai terorisme, sejauh ini, belum ada yang mengungkapkan gejala psikologi umum mengapa seseorang menjadi teroris atau bergabung dengan kelompok teroris.

Melansir dari berbagai sumber, adapun dugaan umum mengapa seseorang menjadi seorang teroris adalah karena ia ingin sebuah pengakuan. Bentuk pengakuan itu dapat berupa nilai-nilai kelompok maupun kekuasaan.

Seandainya motif yang kita bayangkan sederhana itu bisa diurai dengan jelas, barangkali akan mudah menolak masuknya ide-ide dan potensi bahaya dari terorisme, sayangnya itu belum pernah terjawab dengan pasti.

Bahkan, menjadi penganut agama tertentu yang taat juga bukan alasan melakukan kekerasaan adalah hal yang baik. Banyak aksi terorisme yang sebenarnya tak memliki hubungan dengan ideologi sebuah agama.

Baca Juga: Aksi Bom Bunuh Diri di Makassar, Tim Inafis Identifikasi 'Body Part' Pelaku

Baca Juga: Ledakan di Gereja Katedral Makassar, Petugas dan Jemaat Terluka, Seorang Pelaku Meninggal

Untuk itu, menentukan apa yang mendorong seseorang melakukan aksi terorisme bukanlah tugas mudah. Teroris tak mungkin menjadi sukarelawan sebagai subjek percobaan untuk memeriksa apakah aktivitas mereka salah atau benar.

Dengan kerumitan ini, psikologi terorisme lebih banyak ditandai oleh teori dan opini daripada oleh sains, demikianah yang diakui para peneliti. Tetapi sejumlah psikolog mulai mengumpulkan data yang dapat diandalkan.

Mereka merasa umumnya terorisme memliki kaitan dengan dinamika dan proses politik dan kelompok daripada individu. Setidaknya hal itu dapat membantu untuk menjelaskan beberapa aspek tindakan teroris.

Dalam beberapa tahun terkahir, nilai-nilai Islam sering digunakan sebagai bagian dari kampanye mengenai ide terorisme. Tapi, Islam bukanlah terorisme, dan terorisme bukanlah Islam.

Baca Juga: Ulasan Musim Pertama Jujutsu Kaisen, Anime Terbaik Tahun 2021 

Baca Juga: Mudik Lebaran Dilarang, Ini yang akan Dilakukan Korlantas Mabes Polri

Keadaan ekonomi barangkali bisa diartikan sebagai penyebab besar mengapa ada seseorang yang menjadi teroris. Walau kemiskinan dan keterbatasan ruang kerja dapat benar-benar membuat seseorang kehilangan tujuan hidup.

Tapi hal itu tidak sepenuhnya benar, sebab kebanyakan pelaku terorisme justru berasal dari kelompok ekonomi menengah yang stabil dan jauh dari kemiskinan.

Seorang peneliti aksi terorisme, Horgan, setidaknya membuat kesimpulan mengenai alasan mengapa orang-orang bisa terbuka dalam perekrutan dan radikalisasi terorisme cenderung menunjukkan gejala psikologi seperti ini:

1. Marah karena terasing atau haknya dirampas
2. Percaya bahwa keterlibatannya dalam politik tak memberikan perubahan
3. Ketidakadilan sosial yang diperjuangkan tak tercapai
4. Merasa perlu mengambil tindakan daripada hanya membicarakan masalah
5. Percaya bahwa tindak kekerasan bukanlah sesuatu yang bersifat amoral

Itu adalah kesimpulan Horgan mengenai mengapa seseorang bisa mau terlibat dalam perekrutan terorisme, bukan mengapa seseorang menjadi terorisme, karena yang satu ini belum terpecahkan hingga sekarang.***

Editor: Zein Khafh

Tags

Terkini

Terpopuler