Inilah Perbedaan Vaksin Sinovac dan Vaksi Astrazeneca

- 6 September 2021, 09:07 WIB
Ilustrasi - Laboratorium Penelitian Vaksin
Ilustrasi - Laboratorium Penelitian Vaksin /Pexels/ Polina Tankilevitch /

KARAWANGPOST - Pemerintah sudah menyarankan bahwa masyarakat harus sudah wajib vaksin sejak lama. Indonesia sendiri sudah memiliki lima vaksin yang diproduksi dan sudah melewati hasil uji yang cukup ketat. 
 
Diantaranya vaksin Sinovac dan Astrazeneca. Keduanya sudah mendapat izin WHO dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan dianggap aman untuk dipakai mengurangi penyebaran Covid-19. 
 
Inilah beberapa perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca yang perlu Anda tahu:
 
 
1. Bahan Baku Vaksin
Perbedaan paling mendasar dari vaksin Sinovac dan Astrazeneca adalah bahan baku yang digunakan di dalamnya. 
 
Vaksin Sinovac terbuat dari virus Covid-19 yang sudah tidak aktif (inactivated virus). Sementara itu, vaksin Astrazeneca dibuat dari vektor adenovirus dari simpanse.
 
Kedua vaksin tersebut sama-sama akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap Covid-19.
 
 
Virus Covid-19 yang memang sudah tidak aktif pada vaksin Sinovac, akan membantu imun tubuh mengenali virus. Dengan begitu, saat terpapar virus penyebab Covid-19, imun akan langsung bergerak untuk melawannya. Kita jadi tidak tertular atau mengurangi risiko terjadinya gejala berat.
 
Mekanisme yang sama juga terjadi pada vaksin Astrazeneca. Adenovirus dari simpanse akan membawa spike protein (bagian tajam di permukaan virus yang dapat menempel ke sel) ke dalam tubuh.
 
Ini akan memicu daya tahan tubuh mengenali virus Covid-19 dan membuat perlindungan jika suatu saat Anda terinfeksi.
 
 
2. Jadwal Pemberian
Vaksin Sinovac maupun Astrazeneca sama-sama diberikan sebanyak dua dosis. Namun, jarak pemberiannya berbeda. Jarak pemberian dosis 1 dan 2 pada vaksin Sinovac adalah 28 hari, sedangkan Astrazeneca 12 minggu.
 
3. Efikasi Vaksin
Efikasi vaksin Sinovac dalam melawan virus Covid-19 dilaporkan sebesar 56-65%. Namun, angka ini belum termasuk varian baru, seperti varian delta. 
 
Hingga saat ini, penelitian mengenai keampuhan vaksin Sinovac untuk mencegah varian delta masih terus dilakukan.
 
 
Sementara, melansir dari lama resmi Astrazeneca, vaksin ini memiliki efikasi sebesar 76%. Selain itu, vaksin Astrazeneca juga dapat 100% mencegah infeksi Covid-19 berat dan 85% mencegah infeksi bergejala pada lansia berusia 65 tahun ke atas.
 
Namun lagi-lagi, efikasi tersebut tidak termasuk di dalamnya varian delta dan varian-varian Covid-19 baru lainnya.
 
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan tanggal 19 Agustus 2021, peneliti Universitas Oxford menyebut vaksin Astrazeneca ampuh melindungi dari viral load (paparan jumlah virus) yang tinggi.
 
 
Bahkan, pada hari ke-14 setelah vaksin dosis kedua, keampuhannya hingga 69%. Efektivitasnya kemudian akan menurun menjadi 61% setelah hari ke-90.
 
Indikasi dan kontraindikasi vaksin Perbedaan vaksin Sinovac dan Astrazeneca selanjutnya terletak di peruntukannya.
 
Vaksin Sinovac boleh diberikan pada anak-anak mulai usia 12 tahun hingga lansia. Sementara itu, hingga saat ini, pemberian vaksin Astrazeneca belum direkomendasikan untuk orang yang berusia 18 tahun ke bawah. Vaksin Sinovac boleh diberikan pada ibu hamil dengan prioritas yang berada di daerah risiko tinggi.
 
 
Sedangkan, vaksin Astrazeneca hingga saat ini belum mendapatkan persetujuan untuk diberikan pada ibu hamil.
 
Selain kedua kelompok di atas, baik vaksin Sinovac maupun Astrazeneca bisa diberikan selama kondisi saat vaksin sedang sehat.
 
Bagi orang dengan kondisi komorbid maupun riwayat penyakit lain, dibutuhkan persetujuan dari dokter untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
 
 
5. Efek Samping Vaksin
Efek samping vaksin Sinovac maupun Astrazeneca tidak berbeda jauh. Berikut ini beberapa kondisi yang dapat Anda alami setelah mendapat suntikan vaksin Sinovac ataupun Astrazeneca. 
 
Nyeri di area penyuntikan, Lemas, Nyeri otot, Demam, dan Pusing. Efek samping vaksin akan hilang dengan sendirinya dalam 1-2 hari.
 
Anda juga bisa mengonsumsi obat untuk meredakan gejala, seperti paracetamol untuk meredakan demam dan nyeri otot.
 
Vaksin Astrazeneca memiliki efek samping yang sangat jarang terjadi, yaitu terbentuknya trombosis dengan sindrom trombositopenia (TTS) atau pembentukan gumpalan darah dengan kadar trombosit yang rendah. Risiko ini, berdasarkan data yang ditulis oleh otoritas kesehatan Australia. ***

Editor: M Haidar


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah