Gubernur Ridwan Kamil Tanggapi Mural Kritik yang Dihapus di Ruang Publik

- 1 September 2021, 18:57 WIB
Gubernur Jabar Ridwan Kamil, sampaikan ucapan selamat hari jadi Kota Cirebon yang ke-652.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil, sampaikan ucapan selamat hari jadi Kota Cirebon yang ke-652. /Instagram/@ridwankamil

KARAWANGPOST – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menaggapi Mural yang bertuliskan MURAL IS DEAD di akun sosial media Instagram dan Twitter miliknya.

Dalam postingannya, Ridwan Kamil mengajak para warganet dalam dialog batasan seni, yang dimna saat ini mural begitu ramai diperbincangkan.

Statmentnya yang open minded soal batasan seni yang ditulis dalam dua akun berbeda Instagram dan Twitter, mendapat respon dari warganet.

Baca Juga: Dedi Mulyadi Tegur Bupati Karawang Soal Izin Proyek di Puncak Sempur

Ridwan Kamil atau biasa di sapa Kang Emil dalam Twitter @ridwankamil ia menulis: MURAL IS DEAD? Kita harus berdialog, dalam merumuskan “batas”.

Batasan mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas. Di dunia digital pun, tidak semua dari kita paham, mana itu “kritk” argumentatif mana itu “buli/hinaan”.

Orang berjiwa besar bicara gagasan, yang berjiwa kerdil bicarakan atau gosipkan orang. Seperti lalu lintas dibatasi dilampu setopan, kebebasan ekpresi juga dibatasi oleh nilai.

Baca Juga: Deddy Corbuzier Bikin Desta Menangis, Tak Sanggup Ungkap Sosok Sang Ayah 

“Kesepakatan budaya dan kearifan lokal,  itulah kenapa isu mural kritik kelihatannya masih berada di ruang abu-abu," ujarnya.

Jika belum ada kesepahaman, maka tafsir boleh/tidak boleh akan selalu menyertai perjalanan dialektika “ini kritik atau hinaan” dalam perjalanan demokrasi bangsa ini.

Dalam persfektif Ridwan Kamil mengatakan, mural adalah seni ruang publik yang temporer atau ada umurnya.

Baca Juga: Netizen Protes, Arya Saloka Tak Sebut Nama Istri Saat Terima Penghargaan 

Pelaku mural juga harus paham dan jangan baper, karena karyanya suatu hari akan hilang. Apalagi tanpa ijin pemilik tembok.

Bisa pudar tersapu hujan, dihapus aparat ataupun hilang ditimpa pemural lainnya. Mari berdialog.

Ya, begitu juga dengan atribut partai politik menjelang pemilihan umum harus kita rumuskan batas mana yang boleh dan pantas, mana yang tidak boleh dan tidak pantas.

Baca Juga: Tyna Kanna Gugat Cerai Kenang Mirdad, Begini Tanggapan Sang Ibu Lydia Kandou

Dalam perspektif saya, atribut parpol adalah vandalisme, merusak nilai estetika ruang publik. Politisi juga jangan baper apabila atributnya di obrak-abrik menjelang pemilu.

Bisa pudar tersapu kebosanan masyarakat ataupun ditimpa politisi lainnya. Semua ada umurnya. Mari berdialog. Tulis komentar @yangmahawaras.

Tentu respon dan tanggapan dari warganet Twitter dan Instagram berbeda-beda. Apapun deflnisi soal seni itu pasti selalu mempunyai perspektifnya masing-masing.***

Editor: Zein Khafh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah