Pemerintah diminta Waspada Kenaikan Harga Minyak Dampak Konflik Iran-Israel

- 18 April 2024, 02:16 WIB
Usai meluncurkan drone dan rudal, Iran memperingatkan Israel soal serangan yang lebih parah jika dibalas.
Usai meluncurkan drone dan rudal, Iran memperingatkan Israel soal serangan yang lebih parah jika dibalas. /Amir Cohen/REUTERS

KARAWANGPOST - Pemerintah diminta untuk mengantisipasi kenaikan harga minyak mentah dunia pasca serangan Iran ke Israel. 

Menurut Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto cepat atau lambat konflik Iran-Israel akan berdampak pada naiknya harga minyak mentah dunia. 

Kondisi tersebut diperparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang sudah menembus angka Rp16 ribu per dolar. 

Baca Juga: Update Harga Logam Mulia Hari Ini 18 April 2024: Harga Emas di Pasar Global Alami Kenaikan Tipis

Baca Juga: Update Harga Komoditas Tambang Hari Ini 18 April 2024: Tembaga dan Alumunium Turun

"Mengamati pergerakan harga minyak dunia yang terus menanjak tajam sejak awal tahun 2024, apalagi pasca konflik Iran-Israel, Pemerintah perlu segera memikirkan langkah-langkah antisipatif," ujar Mulyanto dikutip Kamis,17 April 2024.

Kondisi tersebut semacam triple shock karena terjadi di tengah kebutuhan migas dalam negeri yang naik di saat momentum bulan suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Serta naiknya dolar AS terhadap Rupiah yang menembus angka Rp16 ribu per dolar.

Sebagai negara net importer migas, kenaikan harga migas dunia akan berdampak negatif bagi APBN. Apalagi ketika kenaikan tersebut berbarengan dengan naiknya permintaan di dalam negeri serta melonjaknya kurs dolar terhadap rupiah. 

"Beda saat dulu ketika zaman jaya Indonesia sebagai negara pengekspor migas, dimana kenaikan harga migas dunia adalah berkah buat APBN kita," jelasnya.

Sebagai informasi, harga minyak WTI hari ini sebesar USD85.6 per barel, terus naik sejak awal tahun, dari harga yang sebesar USD70 per barel atau naik sebesar 22 persen. Angka yang lumayan besar, jauh di atas asumsi makro APBN tahun 2024 yang hanya sebesar USD82 per barel.

"Padahal Menteri ESDM baru saja menetapkan ICP bulan maret 2024 sebesar USD 83.8 per barel (2 April 2024)," jelasnya.

Mulyanto minta agar langkah antisipatif Pemerintah tersebut tidak mengambil opsi kebijakan yang merugikan rakyat kecil seperti kenaikan harga BBM atau gas LPG bersubsidi.

"Langkah antisipasinya jangan malah mengorbankan rakyat dan neningkatkan inflasi," tegasnya.***

Editor: M Haidar

Sumber: DPR


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah