Netanyahu Terancam Kehilangan Jabatannya usai Perang di Gaza Berakhir

- 18 Februari 2024, 18:52 WIB
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu /Karawangpost/Foto/[email protected]

KARAWANGPOST - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terancam tidak akan dapat mempertahankan kekuasaan setelah militer negara itu menyelesaikan operasinya melawan Hamas di Gaza.

Pernyataan tersebut disampikan sumber anonim dari partai Likud yang dipimpin oleh Netanyahu seperti dikutip dari media Ynet, Minggu 18 Februari 2024.

Di tengah meningkatnya seruan untuk mengadakan pemilihan umum lebih awal, pemimpin Israel Netanyahu mengatakan bahwa sekarang bukanlah waktunya untuk berpolitik.

Baca Juga: Presiden Turki mengecam IDF atas jumlah korban jiwa warga Palestina yang sangat besar

Netanyahu mengisyaratkan bahwa pemungutan suara berikutnya akan dilakukan dalam beberapa tahun kedepan.

Berbagai jajak pendapat menunjukkan bahwa peringkat dukungan terhadap Netanyahu dan partai Likudnya telah menurun sejak militan Hamas melakukan serangan mendadak yang mematikan ke wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.

Pada bulan Desember lalu, Institut Demokrasi Israel, mengutip hasil survei, mengklaim bahwa lebih dari dua pertiga warga Israel menginginkan pemilihan umum diadakan segera setelah permusuhan di Gaza berakhir.

Sebuah survei yang dilakukan awal bulan ini menunjukkan bahwa partai-partai oposisi akan mendapatkan sebanyak 75 dari 120 kursi parlemen Israel jika pemilu diadakan sekarang.

Dalam laporan Ynet menyebutkan, seorang anggota senior Likud yang tidak disebutkan namanya yang memperkirakan bahwa siapa pun yang menjadi perdana menteri pada tanggal 7 Oktober akan menyelesaikan jabatannya pada akhir perang.

Baca Juga: Ayatollah Ali Khamenei Masuk Daftar Hitam Meta, Seluruh Akun Media Sosial miliknya dihapus

Staf lain dari partai Netanyahu diduga berpendapat bahwa tidak peduli seberapa banyak Netanyahu menunda akhir perang dan seberapa besar dia tidak menginginkannya, pada akhir perang ini kita akan mengadakan pemilu.

Menurut media tersebut, petinggi Likud yang tidak disebutkan namanya itu menambahkan bahwa perdana menteri akan dipaksa untuk mengadakan pemilihan umum cepat baik oleh anggota kekuatan politiknya sendiri atau oleh partai lain yang membentuk koalisi yang berkuasa, dengan semua orang memahami bahwa inilah yang sedang terjadi.

Baca Juga: Pemilu 2024: Polri Lepas Sebanyak 95 Personel Satgas PAM TPSLN

Berbicara pada konferensi pers, Netanyahu menolak seruan untuk mengadakan pemilu cepat, dan bersikeras bahwa pemungutan suara untuk Knesset harus dilakukan sesuai jadwal yaitu pada bulan Oktober 2026.

“Saya menyarankan agar kita tidak memikirkan hal itu selama perang,” kata perdana menteri, dengan alasan bahwa “hal terakhir yang kita perlukan saat ini adalah pemilu.” 

Netanyahu memperingatkan bahwa perpecahan politik internal di Israel akan menguntungkan Hamas.

Baca Juga: Pemilu 2024: Satgas PAM TPSLN akan ditempatkan di 12 Wilayah Luar Negeri

Partai oposisi Yesh Atid mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan komentar perdana menteri tersebut sebagai pertunjukan perdana menteri yang tidak layak.

Bagaimanapun juga, Netanyahu telah lama kehilangan kepercayaan publik dan terus melarikan diri dari tanggung jawab atas kegagalan terbesar orang-orang Yahudi sejak itu.

“Israel membutuhkan perubahan. Pemilu adalah hal yang penting,” tegas partai tersebut dalam sebush keterangan persnya.***

Editor: M Haidar

Sumber: ynetnews


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah