BMKG: Fenomena Bediding dan Wilayah Terdampak, Simak Penjelasannya

- 16 Juli 2021, 21:17 WIB
Ilustrasi: Fenomena Bediding
Ilustrasi: Fenomena Bediding /karawangpost/JJ Jordan/Pexels
 
KARAWANGPOST - Fenomena bediding, salah satu kejadian suhu udara dingin yang dirasakan saat musim kemarau terhitung pada Juli sampai September. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan fenomena aphelion. Di mana bumi berjauh dengan matahari.
 
Fenomena ini dapat terjadi secara alamiah dengan pertanda angin bertiup dari daerah Timur Australia.
 
Seperti yang dijelaskan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan melalui akun instagram @infobmkg terkait penyebab, akibat dan tips dalam menghadapi fenomena bediding.
 
 
Dijelaskan bahwa penyebab terjadinya fenomena ini karena di bulan Juli, wilayah Australia berada dalam musim dingin. Tekanan udara tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia (Monsoon Dingin Australia).
 
"Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," tulis akun @infobmkg. 
 
Selain itu,BMKG menginformasikan tanda-tanda yang akan terjadi seperti tertera pada caption diunggahannya.
 
 
"Berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT terlihat cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir juga disertai oleh berkurangnya kandungan uap air di atmosfer," tulis akun @infobmkg.
 
"Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Sehingga, rendahnya kandungan uap di atmosfer ini menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan," lanjut tulis akun @infobmkg.
 
 
"Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," tegas tulis akun @infobmkg.
 
"Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara pun sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara," jelas tulis akun @infobmkg.
 
Nah, untuk mengatasi fenomena bediding di masa pandemi ini, kamu dapat mengonsumsi makanan sehat, bergizi dan beristirahat yang cukup. Hal itu, untuk menjaga daya tahan tubuh.***

Editor: Zein Khafh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x