Cara Kerja Lie Detector untuk Uji Kebohongan Para Tersangka Pembunuhan Brigadir J

- 8 September 2022, 12:31 WIB
Ilustrasi alat lie detector. Lie detector bisa membantu penyidik dalam mengungkap kasus tindak pidana
Ilustrasi alat lie detector. Lie detector bisa membantu penyidik dalam mengungkap kasus tindak pidana /Karawangpost/

KARAWANGPOST - Ferdy Sambo, tersangka pembunuhan Brigadir J, menjalani pemeriksaan dengan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector hari ini, Kamis, 8 September 2022.

Sebelumnya, Istri Sambo Putri Candrawathi dan asisten rumah tangganya Susi, juga sudah diperiksa dengan alat lie detector. Hasil pemeriksaan tidak menunjukkan adanya perbedaan alias sama.

Tersangka Bharada Eliezer, Bripka Ricky Rizal, dan Kuat Maruf juga sudah diperiksa dengan alat penguji kebohongan. Hasilnya no deception indicated atau tidak ada indikasi kebohongan alias jujur.

Bagaimana cara kerja lie detector dan seberapa penting alat ini untuk mendukung pengungkapan kasus?

Baca Juga: Ferdy Sambo Diperiksa dengan Lie Detector Hari Ini 

Lei detector yang dipergunakan Bareskrim Polri adalah untuk menguji kebohongan para tersangka pembunuhan Brigadir J adalah sebuah mesin poligraf.

Alat pendeteksi kebohongan ini dibuat oleh seorang peneliti medis dan seorang polisi di Berkeley, California, Amerika Serikat.

Penemuan alat ini kemudian disempurnakan oleh alumni Berkeley lainnya, Leonarde Keeler, yang pertama kali menerapkannya pada pemecahan kejahatan.

Pada tanggal 2 Februari 1935, hasil tes poligraf Keeler digunakan dalam persidangan pidana, menandai pertama kalinya penemuan itu digunakan sebagai bukti yang dapat diterima.

Dua pria di Wisconsin gagal lulus poligraf, yang akhirnya membuat mereka dihukum.

Baca Juga: AKP Dyah Candrawati, Polwan Pertama yang Terseret Kasus Ferdy Sambo Diperiksa Hari Ini

Alat pendeteksi kebohongan atau lie detector digunakan untuk membantu pihak penyidik dalam melakukan pemeriksaan tindak pidana serta tindak pidana lain agar penyidikan dapat berjalan maksimal.

Cara kerja lie detector adalah dengan melihat detak jantung, denyut nadi, serta perubahan fisik.

Apabila orang yang sedang diperiksa mengatakan sesuatu yang benar, detak jantung dan denyut nadi akan berjalan secara normal.

Namun, apabila yang bersangkutan berbohong, maka akan ada perubahan fisik dari detak jantung atau denyut nadi.

Poligraf atau biasa dikenal sebagai pendeteksi kebohongan, bekerja dengan mengukur perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh, misalnya jumlah helaan napas, detak jantung, tekanan darah dan reaksi mendadak pada kulit.

Baca Juga: Jenazah Santri Gontor yang Tewas Dianiaya, Diautopsi Hari Ini 

Metode lain ada yang melihat perubahan ukuran pupil dan aktivitas otak, menggunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Presiden Asosiasi Poligraf Amerika, Walt Goodson, yang pernah bertugas selama 25 tahun di kepolisian negara bagian Texas menekankan bahwa poligraf bermanfaat dalam membantu polisi melakukan investigasi.

Dengan poligraf, sangat cepat dan mudah bagi polisi untuk menentukan tersangka sebuah kejahatan dan memutuskan apakah perlu bagi polisi untuk menggali informasi lebih dalam tentang seseorang, atau mencari calon tersangka lain.

Dengan menggunakan lie detector tersebut, Polri membuktikan secara sungguh menggunakan pendekatan scientific investigation dalam menyidik dan melengkapi berkas perkara para tersangka kasus pembunuhan Brigadir J.

Baca Juga: KPU Bantah Kebocoran Data 150 Juta Pemilih Berasal Dari Lembaganya

Sehingga secara obyektif, ilmiah, dan transparan hasil penyidikan Polri terkait pembunuhan di Duren Tiga dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada masyarakat ilmiah.***

Editor: Gunawan Kus

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x