Lima Rekomendasi Puisi Chairil Anwar yang Wajib Kamu Baca

- 26 Juli 2021, 18:09 WIB
Buku tentang Chairil Anwar
Buku tentang Chairil Anwar /Karawangpost/Tangkap Layar Instagram @warungsastra



KARAWANGPOST - Chairil Anwar merupakan pelopor perpuisian Indonesia modern. Sebab, sebelum Chairil muncul perpuisian Indonesia awalnya hanya berkutat di puisi lama yang dibatasi oleh aturan-aturan.

Namun, Chairil justru mendobrak batas-batas atau aturan yang dipegang teguh oleh para penyair yang ada di era itu. Sehingga Chairil dikenal Sebagai pelopor angkatan 45 yang membawa kebaruan dalam khazanah kesusastraan Indonesia.

Chairil dikenal dengan julukan Si Binatang Jalang yang diambil dari sebuah larik puisinya yang berjudul "Aku".

Baca Juga: Trending Twitter! #NyungsepLevel4, Netizen: Pelan-pelan Kita Mati 

Banyak sekali puisi-puisi Chairil yang tersebar di media maupun di buku sastra. Namun terkadang pembaca sastra awam binggung puisi yang mana merepresentasikan jiwa Chairil Anwar.  

Berikut ini lima rekomendasi puisi Chairil Anwar yang wajib kamu baca dan dapat menjadi representasi dari seluruh puisi-puisi yang diciptakan oleh Chairil Anwar.

1. Aku

    Aku

    Kalau sampai waktuku
    ‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
    Tidak juga kau

    Tak perlu sedu sedan itu
    Aku ini binatang jalang
    Dari kumpulannya terbuang

    Biar peluru menembus kulitku
    Aku tetap meradang menerjang

    Luka dan bisa kubawa berlari
    Berlari
    hingga hilang pedih peri

    Dan aku akan lebih tidak peduli

    Aku mau hidup seribu tahun  lagi

    Maret 1943.

Baca Juga: Bupati Purwakarta Turut Berduka atas Meninggalnya Ibunda Amanda Manopo

2. Senja di Pelabuhan Kecil

    Senja di Pelabuhan Kecil

    Kepada Sri Ajati

    Ini kali tidak ada yang mencari cinta
    di antara gudang, rumah tua, pada cerita
    tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
    menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

    Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
    menyinggung muram, desir hari lari berenang
    menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
    dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

    Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
    menyisir semenanjung, masih pengap harap
    sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
    dari pantai keempar, sedu penghabisan bisa terdekap

Baca Juga: Atlet Renang Kanada Margaret MacNeil Jadi Perenang Tercepat Gaya Kupu Kupu

3. Krawang-Bekasi

    Krawang-Bekasi

    Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
    tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.

    Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
    terbayang kami maju dan berdegap hati?

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
    Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
    Kenang, kenanglah kami.

    Kami sudah coba apa yang kami bisa
    Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan 4-5 ribu nyawa

    Kami cuma tulang-tulang berserakan
    Tapi adalah kepunyaanmu

    Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

    Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-      apa.

Baca Juga: Ade Rai Berduka, Sang Ibunda Meninggal Dunia

    Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
    Kaulah sekarang yang berkata

    Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
    Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

    Kenang, kenanglah kami
    Teruskan, teruskan jiwa kami
    Menjaga Bung Karno
    menjaga Bung Hatta
    menjaga Bung Sjahrir

    Kami sekarang mayat
    Berikan kami arti
    Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

    Kenang, kenanglah kami
    yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
    Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

4. Derai-derai Cemara

    Derai-Derai Cemara

    Cemara menderai sampai jauh
    terasa hari akan jadi malam
    ada beberapa dahan di tingkap merapuh
    dipukul angin yang terpendam

    Aku sekarang orangnya bisa tahan
    sudah berapa waktu bukan kanak lagi
    tapi dulu memang ada suatu bahan
    yang bukan dasar perhitungan kini

    Hidup hanya menunda kekalahan
    tambah terasing dari cinta sekolah rendah
    dan tahu, ada yang tetap tidak terucapkan
    sebelum pada akhirnya kita menyerah

Baca Juga: Lowongan Kerja Bank Indonesia, PCPM BI Angkatan 36 Resmi Dibuka 

5. Sajak Putih
 
    Sajak Putih

    Bersandar pada tari warna pelangi
    Kau depanku bertudung sutra senja
    Di hitam matamu kembang mawar dan melati
    Harum rambutmu mengalun bergelut senda
    Sepi menyanyi

    Malam dalam mendoa tiba
    Meriak muka air kolam jiwa
    Dan dalam dadaku memerdu jiwa
    Dan dalam dadaku memerdu lagu
    Menarik menari seluruh aku

    Hidup dari hidupku, pintu terbuka
    Selama matamu bagiku menengadah
    Selama kau darah mengalir dari luka
    Antara kita mati datang tidak membelah.***

Editor: Zein Khafh


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x