Kasus Stunting di Kalbar Masih Tinggi

- 14 Desember 2020, 22:01 WIB
Ilustrasi penderita stunting.
Ilustrasi penderita stunting. /Dok. UCLG ASPAC

KARAWANGPOST-Kasus stunting atau gagal tumbung di Provinsi Kalimantan Barat hingga saat ini masih tinggi.

Seperti dilansir Karawangpost.com dari Antara Kepala Perwakilan (Kaper) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Barat Tenny C Soriton menyatakan angka stunting masih sekitar 30 persen di 2019.

"Ada banyak pemicu terjadinya stunting, selain faktor makanan, pola hidup yang tidak sehat juga dapat menjadi penyebab stunting," kata Tenny C Soriton saat menghadiri kegiatan sosialisasi materi dan media KIE Pelaksanaan Pro PN promosi pentingnya pola pengasuhan 1000 HPK di Desa Bunut Hilir, Kecamatan Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Hulu, Senin.

Baca Juga: Singkawang Menghias Kota untuk Menyambut Natal dan Tahun Baru 2021

Stunting bisa saja terjadi pada keluarga yang perekonomiannya mampu, jika asupan makanan dan pola hidup dari masa kehamilan sampai melahirkan tidak dijaga betul, sehingga bukan tidak mungkin anak tersebut terpapar stunting.

"Intervensi stunting itu terus dilakukan BKKBN Kalbar, bahkan di tahun depan, empat daerah masuk dalam fokus penanganan intervensi stunting. Mudah-mudahan daerah yang menjadi fokus penanganan stunting sekarang setelah dievaluasi nanti angkanya bisa terus turun," katanya.

Sementara itu, Camat Bunut Hilir Syapril Ansari mengatakan dengan mengonsumsi obat tambah darah minimal 90 tablet selama masa kehamilan, dapat menekan terjadinya stunting.

Baca Juga: Pemerintah Optimis dapat Penuhi Target Program Sejuta Rumah

"Kecamatan Bunut Hilir ini masuk dalam dua tertinggi stunting di Kabupaten Kapuas Hulu, namun sejak tiga tahun melakukan intervensi, hingga saat ini angkanya terus menurun. Mudah-mudahan di tahun depan, kita (Bunut Hilir) bisa lepas dari zona merah stunting," ujarnya.

Dia menambahkan, sejak Bunut Hilir ditetapkan zona merah stunting, pihaknya pun terus melakukan intervensi penurunan angka stunting di daerahnya.

"Untuk hal itu kami terus melakukan sosialisasi dalam pemberian informasi penanganan stunting kepada masyarakat, salah satunya kepada calon ibu hamil dan perempuan yang bakal menjadi ibu, seperti para calon ibu agar mengkonsumsi obat tambah darah selama hamil atau minimal 90 tablet selama 9 bulan 10 hari," ujarnya.

Baca Juga: Siapa Orang Terkaya di Indonesia? Ini Daftarnya Versi Forbes

Selain itu, pemberian makanan tambahan yang sehat pada ibu hamil juga dapat memperkecil terjadinya stunting yang tentunya juga menjadi tugas suami dalam menjaga asupan gizi selama istrinya hamil.

Kemudian, untuk persalinan dia juga meminta agar proses persalinan dilakukan pada bidan atau Puskemas, agar kesehatan bayi dan ibunya dapat terpantau. "Setelah bayi lahir, berikan ASI eksklusif karena ASI sangat baik buat perkembangan otak bayi," katanya.***

Editor: Aulia R

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x