Selanjutnya pada 30 Juli 1950, atas usul Dr. Seni Sastromidjojo, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia) dan DP-PDI (Perkumpulan Dokter Indonesia) mengadakan satu pertemuan yang menghasilkan “Muktamar Dokter Warganegara Indonesia (PMDWNI)”, yang diketuai Dr. Bahder Djohan.
Finalnya tanggal 22-25 September 1950, Muktamar Ikatan Dokter Indonesia (MIDI) digelar di Deca Park yang kemudian diresmikan pada bulan Oktober. Dalam muktamar IDI itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih menjadi Ketua Umum IDI pertama.
Baca Juga: Tayang Perdana, Simak Sinopsis Drakor Jirisan: Kisah Petualangan Jun Ji Hyun dan Joo Ji Hoon
Profesi Dokter Sebagai Bagian Sejarah Perjuangan Bangsa
Sejarah perjalanan dokter memang sangat panjang, begitupun juga ketika berbicara tentang kontribusi dokter di Indonesia. Jauh sebelum organisasi IDI terbentuk, dokter-dokter di tanah air telah mencatatkan dirinya sebagai salah satu pejuang kemanusiaan.
Nama-nama besar seperti dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya yang tercatat dalam sejarah tak hanya memerangi penyakit namun juga memerangi kolonialisme di Indonesia.
Kilas balik pasca perjuangan kemerdekaan, momentum profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) pada tanggal 2 Januari 1849.
Baca Juga: Gempa Hari Ini: Laut Enggano Bengkulu Diguncang Gempa
Berdirinya sekolah pendidikan dokter di Indonesia tidak lain karena Pemerintah Hindia Belanda yang saat itu kewalahan melawan wabah malaria.
Sejumlah 12 siswa diluluskan dan diberi gelar 'Dokter Djawa' setelah menempuh pendidikan selama dua tahun. Meski diberi gelar, lulusan-lulusan dokter hanya dipekerjakan sebagai 'mantri cacar'.