Letkol Untung Syamsyuri Pimpinanan G30S/PKI Dieksekusi Mati Tahun 1967

30 September 2021, 15:01 WIB
Penangkapan Pimpina G30S PKI /YouTobe/ Pegawai Jalanan/

KARAWANGPOST - Pada persidangan Mahkamah Militer, Letkol Untung terbukti bersalah. Atas aksinya menculik dan membunuh para Jenderal dalam peristiwa G30S/PKI. Letkol Untung lantas divonis hukuman mati.
 
Eksekusi dilakukan oleh regu tembak polisi militer. Hukuman tersebut dilaksanakan di Lembang, Jawa Barat pada tahun 1967.
 
Letkol Untung Syamsuri kala itu merupakan pemimpin pasukan Cakrabirawa, resimen militer yang menculik dan membunuh dewan jenderal TNI AD di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
 
Baca Juga: Aksi Balap Liar Karawang Tutup Akses Jalan Utama, Bikin Geram Warganet
 
Letkol Untung memiliki nama asli Kusman. Dikutip KarawangPost dari berbagai sumber online,  ia dilahirkan 3 Juli 1926 di Desa Seruni, Kedungbajul, Kebumen.
 
Ayahnya adalah seorang pedagang batik di Pasar Kliwon, Solo, milik orang keturunan Arab. Sejak kecil ia menjadi anak angkat pamannya, yakni Syamsuri.
 
Beruntung, Kusman bisa merasakan sekolah dasar di Ketelan, meski tidak se-elit HIS atau ELS.
 
Baca Juga: Coldplay X BTS Rilis Video Musik My Universe, Dominasi Nuansa Hologram dan Sinematik
 
Karir militernya dimulai sejak dirinya mendaftar menjadi anggota Heiho.
 
Seperti diketahui, saat Jepang datang sebagai penjajah dan ingin menguasai NKRI, Pemerintahan Jepang menciptakan kekuatan militer baru guna mengantisipasi serbuan sekutu.
 
Pasca berakhirnya zaman penjajahan Hindia Belanda, Kusman memberanikan diri untuk menjadi anggota Heiho dengan tujuan agar ia bisa dikirim ke Front dan mendapatkan pelatihan dan pengenalan dunia militer serta bahasa Jepang.
 
Baca Juga: Hadapi Sidang Cerai, Dhena Devanka Menangis di Makam Ayahnya
 
Heiho menjadi awal karir Kusman sebagai militer profesional yang dibayar.
 
Ketika Heiho dibubarkan, Kusman menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI.
 
Mereka kemudian disebar ke berbagai instalasi perang milik tentara Jepang.
 
Pada tahun 1949, dia bergabung di Batalyon 444 di Kleco, Solo sebagai Komandan Kompi.
 
Baca Juga: Chord dan Lirik Lagu Rela - Shanna Shannon
 
Pada 10 Oktober 1950, berubah menjadi Brigade Panembahan Senopati, yang wilayahnya meliputi Surakarta dan berkedudukan di Surakarta.
 
Pada Januari 1952, Brigade Panembahan Senopati berubah namanya menjadi Resimen Infanteri 15.
 
Untung sempat ikut dalam Operasi 17 Agustus pada 1958 yang dipimpin Ahmad Yani.
 
Saat itu Untung masih menjadi Komandan Kompi dengan pangkat Letnan Satu.
 
Baca Juga: Karawang Pelaku Penghina Profesi Wartawan Momo Dhio Alief Terancam 4 Tahun Penjara
 
Pada 1959, Untung kembali ke Jawa Tengah. Untung menjadi Komandan Batalyon 454/para Banteng Raiders Diponegoro, Srondol, selatan Semarang, setelah operasi itu selesai, dia ketika itu pangkatnya Mayor
 
Sekitar 14 Agustus 1962, Untung diterjungkan ke daerah Sorong, Papua Barat, menjadi bagian dari Operasi Mandala yang dipimpin Soeharto.
 
Setelah operasi militer sukses, Untung mendapat kenaikan pangkat istimewa dari mayor ke Letnan Kolonel serta mendapatkan bintang jasa setelah memimpin pasukan gerilya menyerang tentara Belanda di Papua Barat.
 
Baca Juga: Gempa Hari Ini: 30 September 2021, Gempa M2.4 Guncang Pangandaran Jawa Barat
 
Untung juga dipercaya untuk menjabat Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Cakrabirawa.
 
Untung kemudian mengangkat dirinya sendiri sebagai Ketua Dewan Revolusi sekaligus memimpin Gerakan 30 September, hanya untuk melindungi bapak nasionalis Indonesia, Soekarno yang sekaligus menjadi atasan Untung.
 
Ketika menjadi Kedua Dewan Revolusi itu, dia dikenal dengan nama baru yaitu Untung Syamsuri. ***
Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler