Pemerintah Dorong Petani Tanam Kedelai dan Berikan Jaminan Harga Lebih Baik agar Petani Tak Dirugikan

19 September 2022, 21:02 WIB
Pemerintah minta petani untuk menanam kedelai sebanyak-banyak untuk menekan impor. Pemerintah menjamin stabilitas harga kedelai agar petani tak dirugikan /Instagram.com/@cookpad_id

KARAWANGPOST - Pemerintah meminta kepada petani untuk kembali menanam kedelai sebanyak-banyaknya.

Pemerintah juga menjamin akan membeli kedelai dari petani dengan harga yang lebih baik agar tidak ada lagi petani kedelai yang dirugikan akibat anjloknya harga kedelai di dalam negeri.

Untuk menjamin stabilitas harga kedelai, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diminta untuk membeli hasil panen kedelai dari para petani.

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan agar penetapan harga beli kedelai segera dilakukan.

“Presiden ingin agar kedelai itu tidak 100 persen tergantung pada impor. Salah satu arahan beliau adalah harganya dibuat agar petani tidak dirugikan. Jadi untuk mencapai harga itu nanti ada penugasan daripada BUMN agar petani bisa memproduksi,” kata Airlangga.

Baca Juga: Fantastis! Gubernur Papua Lukas Enembe Setor Uang ke Kasino Judi Rp560 Milyar 

Airlangga Hartarto juga mengatakan untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri, pemerintah telah menyiapkan anggaran sekitar Rp400 milyar.

Selain itu, pemerintah juga akan memperluas area tanam kedelai di tahun depan, yang semula 300 ribu hektare menjadi 600 ribu hektare.

“Langkah berikut yang sudah disiapkan oleh anggaran pemerintah itu untuk perluasan ke 300 ribu hektare, anggarannya sekitar Rp400 miliar. Dan tahun depan akan ditingkatkan dari 300 ribu menjadi 600 ribu hektare,” ujar Airlangga.

 

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo usai rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Senin, 19 September 2022, mengatakan, upaya meningkatkan produksi kedelai dalam negeri antara lain akan dilakukan dengan
menanam bibit varietas unggul.

Bahkan apabila diperlukan menggunakan bibit produk rekayasa genetik atau genetically modified organism (GMO) maupun bibit impor.

Baca Juga: Sidang Komisi Etik Tolak Banding Ferdy Sambo, Irwasum Polri: Keputusan Bersifat Final dan Mengikat

“Menggunakan GMO kalau perlu, menggunakan bibit impor kalau perlu, dan tentu mempersiapkan bibit-bibit nasional atau lokal dengan varietas tinggi,” kata Mentan.

Dengan penggunaan varietas yang lebih unggul ini, diharapkan produksi kedelai di tanah air dapat meningkat secara signifikan.

“Selama ini kedelai misalnya hanya menghasilkan 1,5 sampai 2 ton per hektare. Diharapkan kita bisa mendapatkan varietas yang mampu berproduksi di atas 3 sampai 4 ton per hektare,” ujarnya.

Syahrul mengungkapkan, rendahnya volume produksi kedelai per hektare disinyalir memicu para petani beralih ke jagung.

Hal ini berdampak pada tingginya impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan nasional, bahkan hingga mencapai di atas 90 persen.

Baca Juga: Jumlah Korban Banjir Pakistan yang Tewas Capai 1.545 Orang, Sebagian Besar Anak-anak dan Perempuan

“Selama ini petani itu lebih tertarik menanam jagung karena harga jagung sama dengan harga kedelai Rp5.000 itu kurang lebih. Kalau jagung per hektarenya 6-7 ton, sementara kedelai cuma 1,5 juta ton,” katanya.

Syahrul menambahkan, pihaknya juga tengah menyiapkan lahan untuk pengembangan kedelai hingga mencapai 351 ribu hektare.

“Saya lagi mempersiapkan, kurang lebih sekarang 351 ribu hektare, sekarang baru tanam 67 ribu hektare dan tentu Oktober ini akan mulai tanam,” pungkasnya.***

 

 

Editor: Gunawan Kus

Sumber: Setkab

Tags

Terkini

Terpopuler