Pemerintah Seharusnya Bisa Mengantisipasi Inflasi Pangan Menggunakan Pendekatan Jangka Panjang

13 Maret 2024, 03:01 WIB
Beras Impor /Karawangpost/Foto/Perum-Bulog

KARAWANGPOST - Permasalahan inflasi pangan saat ini mestinya bisa diantisipasi oleh Pemerintah dengan pendekatan jangka panjang.

Permasalahan tersebut menjadi sorotan Anggota Komisi XI DPR RI terutamanya masalah beras sebagai makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia.

“Pendekatan penyelesaian masalah inflasi pangan ini dilakukan untuk jangka pendek, seperti melakukan impor dan intervensi dalam bentuk operasi pasar serta pemantauan alur distribusi pada level pusat dan daerah saja,” ujar Junaidi, Senin 11 Maret 2024.

Baca Juga: Update Harga Mata Uang Digital Kripto Hari Ini 13 Maret 2024

Baca Juga: Update Harga BBM Pertamina, Shell, dan BP-AKR Hari Ini 13 Maret 2024

Salah satu penyelesaian inflasi pangan melalui pendekatan jangka panjang adalah sungguh-sungguh melaksanakan manajemen pengendalian inflasi dan perbaikan dari hulu sampai hilir, terutama terhadap gejolak inflasi komoditas pangan.

“Tentunya, kolaborasi dalam penyusunan kebijakan dan pelibatan aktif seluruh stakeholder dalam melaksanakan kebijakan dari level pusat hingga daerah menjadi kunci utama tercapainya efektivitas pengendalian inflasi pangan yang berkelanjutan,” jelasnya.

Junaidi mengatakan bahwa penjelasan Pemerintah bahwa perekonomian Indonesia cukup solid, nyatanya tidak mampu mengantisipasi inflasi atas kenaikan harga beras di Indonesia saat ini.

“Terlebih Indonesia merupakan negara agraris yang dalam tiga tahun belakangan ini diklaim Pemerintah dalam kondisi perekonomian yang cukup solid dan terkendali meskipun dihadapkan pada fluktuasi perekonomian dunia,” ungkap Junaidi.

Junaidi mengatakan, pada 22 Februari 2024 Kementerian Keuangan bahwa kinerja APBN 2024 tetap kuat dan adaptif mengantisipasi risiko. Seperti pada periode tahun 2023 disebutkan ekonomi Indonesia tumbuh relatif kuat mencapai 5,05 persen.

“Di bulan Januari 2024 Neraca perdagangan Indonesia masih tetap mencatatkan surplus sebesar USD2,02 miliar. Di awal tahun 2024, APBN mencatatkan kinerja yang baik dengan realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun (5,5 persen pagu APBN),” jelas Junaidi.

Namun menariknya, kata Junaidi, gejolak inflasi volatile foods berada pada kisaran 1,53 (mtm), 8,47 (yoy), atau 1,54 (ytd) ditengah kondisi Inflasi domestik yang dinilai relatif terjaga mencapai 2,57 (yoy).

“Apalah artinya perekonomian tumbuh, neraca perdagangan Indonesia surplus dan kinerja APBN 2024 tetap kuat, ketika masyarakat Indonesia yang hidup di negeri agraris ini mengalami permasalahan harga pangan yang tinggi dan stok pangan yang tidak cukup,” ungkap Junaidi Auly.***

Editor: M Haidar

Sumber: DPR

Tags

Terkini

Terpopuler