Anggaran Pupuk Subsidi Ditambah Hingga Mencapai Rp14 Triliun

- 4 Januari 2024, 00:00 WIB
Presiden Joko Widodo di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah
Presiden Joko Widodo di Kabupaten Banyumas Jawa Tengah /Karawangpost/Foto/BPMI-Setpres

KARAWANGPOST - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan untuk menambah anggaran pupuk subsidi sebesar Rp14 triliun.

Perintah tersebut disampaikannya saat bertemu dengan para petani dan penyuluh se Jawa Tengah di Kabupaten Banyumas.

Presiden Jokowi menyebutkan, Menteri Pertanian sudah mengajukan dan dari Kementerian Keuangan saya harapkan agar segera direalisasikan.

Baca Juga: Inflasi Tahunan Kota Bogor Tertinggi di Jawa Barat

Kita akan berusaha untuk yang 14 triliun ini segera diproses. Tadi saya tanya langsung ke Pak Direktur PIHC ada 1,7 juta ton stok pupuk, dan 1,2 juta ton yang bersubsidi.

"Dengan begitu kita harapkan agar yang namanya pupuk sudah tidak bermasalah lagi,” ujar Presiden Jokowi, Selasa 2 Januari 2024.

Dengan penambahan ini, Presiden Jokowi mengatakan bahwa produksi beras dapat dilakukan secara merata di seluruh Indonesia. Presiden Jokowi pun mengingatkan agar ke depan tidak ada lagi keluhan petani mengenai pupuk subsidi.

Baca Juga: Bupati Aep Minta Kualitas Pelayanan untuk Masyarakat Menjadi Prioritas RSUD Karawang di Tahun 2024

“Saya tidak ingin dengar itu tadi Menteri pertanian juga sudah menyampaikan belinya pupuk tidak usah memakai kartu tani boleh memakai KTP juga bisa, setuju. Target kita di Jawa Tengah ini produksi beras bisa kembali ke ranking dua lagi,” katanya.

Meski demikian, Presiden mengakui persoalan pupuk merupakan persoalan semua negara karena bahan baku utamanya sempat terkendala akibat perang yang melibatkan dua negara Rusia dan Ukraina. Belum lagi dunia sempat menghadapi masalah virus yang memporak-porandakan perekonomian global.

“Saya itu kalau ke desa sejak tahun 2020 keluhannya selalu satu pupuk bersubsidi benar? Tapi supaya bapak ibu tahu ini semua ada ceritanya," katanya.

Baca Juga: Sebanyak 800 Ribu Lebih Konten Judi Online Berhasil di Blokir Kominfo Sejak Juli-Desember 2023

Presiden menjelaskan bahwa, dunia ini pada posisi ekonominya tidak pasti, ketidakpastian itu sehingga terjadi yang namanya krisis keuangan dunia sehingga terjadi yang namanya krisis pangan dunia sehingga terjadi krisis energi dunia karena covid semuanya bahkan dari 200 lebih negara, 96 negara sudah menjadi pasiennya IMF. artinya negara itu sakit.

Menurut Presiden, masalah virus covid 19 telah menyebabkan banyak negara jatuh karena ekonominya menjadi lemah dan keuangannya menjadi tidak baik. Bahkan hampir separuh negara di dunia kondisinya memperihatinkan.

Baca Juga: Legislator: Pemerintah RI Bisa Mendesak Negara OKI untuk Mengajukan Israel ke Mahkamah Internasional

“Alhamdulillah kita wajib bersyukur karena setelah covid ekonomi kita bisa bangkit kembali. ini yang patut kita syukuri jadi Februari 2020 dan ditambah di awal 2020 juga muncul yang namanya perang di Ukraina. Kita juga wajib bersyukur negara kita ini tentram damai tidak ada masalah. Saya bersyukur kita bisa makan beras. makanan pokoknya beras,” katanya.

Presiden menambahkan bahwa penambahan anggaran ini juga dapat mampu menekan impor akibat produksi nasional tidak mencapai target yang diharapkan. Mengingat pertambahan penduduk nasional setiap tahunnya 4-4,5 juta jiwa.

“Yang kita harapkan adalah tidak impor beras lagi tapi itu dalam prakteknya sangat sulit karena produksi kita ini selalu tidak mencapai. karena setiap tahun kita ini juga bertambah yang harus diberikan makan 4 juta sampai 4,5 juta bayi yang baru lahir. Semua butuh makan penduduk kita sekarang sudah hampir 280 juta jiwa ,semuanya butuh semuanya butuh beras,” jelas Presiden Jokowi.***

Editor: M Haidar

Sumber: Setpres


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah