Musik Sangat Baik untuk Terapi Jantung dan Stroke

- 25 September 2021, 15:10 WIB
Ilustrasi - Mendengarkan musik menggunakan earphone
Ilustrasi - Mendengarkan musik menggunakan earphone /Pexels/Karolina Grabowska/

KARAWANGPOST - Bila anda penggemar musik, mulailah memilih musik yang tepat untuk kesehatan anda, karena menurut sebuah penelitian, musik mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap kesehatan tubuh manusia.

Musik memang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Banyak orang tidak bisa tidur jika tidak diringi musik saat mau tidur. Atau para pengemudi bakal merasa jenuh menyetir bila tidak ditemani musik dalam perjalanan.

Bahkan, saat beraktifitas di kantor pun, musik
mempunyai peranan penting dalam membangun gairah semangat kerja para karyawan. Menurut sebuah penelitian, mendengar musik ternyata berpengaruh terhadap kesehatan.

Baca Juga: ITZY Tampil Berani Comeback Lewat Crazy In Love

Misalnya, mendengar musik bertempo lambat atau meditatif membawa dampak bisa menenangkan perasaan orang, serta memperlambat nafas dan kecepatan jantung mereka.

Sementara, mendengarkan musik yang lebih cepat dengan tempo yang lebih menghentak memiliki dampak berlawanan, yakni mempercepat pernafasan dan detak jantung, demikian kesimpulan sebuah studi baru yang dimuat dalam jurnal Heart.

Studi itu mendukung badan riset tentang potensi keuntungan musik yang mengurangi stres bagi kesehatan.

Baca Juga: Polisi Gelar Pra-Rekonstruksi Kasus Penganiayaan Muhammad Kece

Riset lain menunjukkan musik dapat menghilangkan stres, memperbaiki kinerja atletik, meningkatkan gerakan pada pasien yang mengalami gangguan syaraf akibat stroke atau penyakit Parkinson.

Bahkan meningkatkan produksi susu pada hewan perah, kata Dr. Peter Sleight dari Universitas Oxford di Inggris dan koleganya dalam laporan mereka.

Dalam studi baru itu, para peneliti memantau kecepatan pernafasan, tekanan darah dan indeks pernafasan dan jantung yang lain, pada 24 pria dan wanita sehat, sebelum dan selama mendengarkan beberapa petikan jenis musik yang berbeda, termasuk musik klasik yang cepat dan lambat dengan kompleksitas yang berbeda serta musik rap.

Baca Juga: Resep Tahu Lipat Isi Sosis, Simple Banyak yang Suka

Mereka juga memantau subyek selama istirahat tidak mendengarkan musik selama dua menit. Setengah dari subyek merupakan musisi terlatih, sedangkan setengahnya lagi tidak mendapatkan latihan musik.

Para peneliti melaporkan bahwa mendengarkan musik memproduksi tingkat getaran yang bervariasi, mempercepat pernafasan, meningkatkan tekanan darah dan detak jantung yang sebanding dengan tempo musik dan mungkin kompleksitas ritme.

Gaya musik atau kesukaan musik seseorang tampaknya kurang penting dibanding tempo musik. Mereka juga menemukan bahwa ketenangan disebabkan oleh ritme yang lebih lambat dan, secara menarik, oleh jeda atau istirahat dalam musik.

Baca Juga: Rekomendasi Film Bertema Balas Dendam

Mengistirahatkan musik selama dua menit menyebabkan kondisi relaksasi yang lebih besar dibanding yang terlihat sebelum mulai mendengarkan musik.

Dampak itu terjadi pada orang yang mendapatkan pelatihan musik, mungkin karena mereka telah belajar untuk menyamakan nafas mereka dengan segmen musik.

"Musisi bernafas lebih cepat dengan tempo yang lebih cepat, dan memiliki dasar kecepatan bernafas yang lebih lambat dibanding non-musisi," kata Dr. Sleight.

Baca Juga: Sinopsis Squid Game Episode 5: Kemanakah Peserta yang Kalah dan Tewas

Sleight dan mitranya berspekulasi bahwa musik mungkin memberikan kesenangan (dan mungkin keuntungan bagi kesehatan) sebagai akibat alterasi yang terkendali antara getaran dan relaksasi.

Mereka menyimpulkan bahwa pemilihan jenis musik yang tepat, berganti-ganti antara ritme lambat dan cepat dengan diselingi dengan jeda.

Dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan relaksasi dan mungkin, karena itu, memberi dampak menguntungkan bagi  penderita jantung dan stroke.

Baca Juga: Miris! Harimau Makan Rumput Badannya Terlihat Kurus 

Penderita Jantung dan Darah Tinggi Hindari Vitamin B

Pada penelitian lain seputar jantung yang dilakukan di Swedia, disimpulkan bahwa mengkonsumi Vitamin B untuk mencegah serangan jantung dan darah tinggi bukanlah tindakan yang baik dan bahkan bisa berbahaya.

Sebelumnya para ahli sempat berpendapat vitamin B bisa mengurangi unsur darah yang disebut 'vitamins homocysteine', yang memiliki keterkaitan dengan resiko serangan jantung.

Namun pendapat ini dimentahkan dengan sebuah penelitian terbaru yang memperlihatkan konsumsi vitamin B tak ada gunanya walau memang bisa menurunkan homocysteine.

Baca Juga: KNIL Tentara Pribumi Pembela Penjajah Belanda

Penemuan ini dijabarkan dalam pertemuan Masyrakat Kardiologi Eropa yang berlangsung di ibukota Swedia, Stockholm dimana para peneliti dari Norwegian Vitamin Trial atau NORVIT dari Universitas Troms Swedia meneliti sekitar 4.749 penderita serangan jantung.

Seluruh penderita dibagi ke dalam 4 kelompok dan masing-masing menerima perlakukan berbeda disamping pengobatan biasa yang sedang mereka jalani. Keempat grup mendapat Vitamin B, Vitamin B6, dan gabungan dua Vitamin tersebut, selain obat biasa selama 3 tahun.

Setelah 3 setengah tahun berselang, kelompok yang mengkonsumsi Vitamin B dan kelompok dengan Vitamin B6 menghadapi peningkatan kecil dalam resiko kardiovaskular.

Baca Juga: Tom Cruise dan Hayley Atwell dikabarkan Telah Berpisah

Namun kelompok yang mengkonsumsi kedua vitamin menghadapi resiko peningkatan serangan jantung dan darah tinggi sebesar 20 persen meskipun tingkat homocysteine mereka turun sampai 30 persen.

Hasil tersebut menunjukkan peningkatan 40 persen resiko pada kelompok yang mengkonsumsi Vitamin B, namun para peneliti itu menegaskan penyelidikan lebih lanjut tetap harus diperlukan.

Profesor Kaare Harald Bonaa penulis laporan penelitian mengatakan, hasil dari NORVIT penting karena resep Vitamin B dosis tinggi dari dokter tidak bisa mencegah serangan jantung dan darah tinggi.

Baca Juga: Revi Mariska Sebut Lesti Kejora Usia Muda Wajah Tua, Boros Banget

"Vitamin B seharusnya hanya diberikan kepada orang-orang yang kekurangan Vitamin B," kata Profesor Kaare.

Sementara itu Profesor Peter Weissberg, Direktur Medis Yayasan Jantung Inggris menganjurkan agar orang tidak mengkonsumsi Vitamin B untuk mencegah serangan jantung dan darah tinggi.

Study tersebut justru memperlihatkan adanya peningkatan serangan jantung dan darah tinggi. Vitamin B direkomendasikan bagi wanita hamil untuk mengurangi cacat pada kelahiran.***

Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x