Ini yang harus diperhatikan saat Penderita Maag Berpuasa

- 27 Maret 2022, 11:11 WIB
Ilustrasi - Menahan sakit pada bagian perut
Ilustrasi - Menahan sakit pada bagian perut /Pexels/Sora Shimazaki

KARAWANGPOST - Setiap menghadapi bulan Ramadan, sakit maag kerap dijadikan alasan untu tidak berpuasa akibat rasa sakit yang suka muncul saat menahan lapar selama puasa.

Benarkah penderita maag tidak boleh berpuasa? Mungkin orang yang belum banyak yang menyadari, selain bermakna ibadah, puasa juga memiliki manfaat yang nyata terhadap kesehatan. Termasuk memberikan manfaat positif bagi mereka yang mengalami gangguan maag.

Mag adalah penyakit pada alat pencernaan, baik lambung maupun usus yang ditandai dengan rasa tidak nyaman, sakit di ulu hati, mual, dan kembung.

Baca Juga: Bantuan Crypto untuk Ukraina, Inovasi atau hanya Penipuan

Bahkan dalam beberapa kasus penyakit ini ditandai dengan sakit di bagian perut hingga menusuk tulang belakang.

Sebenarnya, penyakit maag itu terbagi menjadi dua yaitu dispepsia organik dan non organik. Dispepsia organik adalah penyakit mag yang sudah parah seperti tukak lambung, sementara non organik adalah penyakit maag yang ditandai dengan kelainan minimal seperti kemerahan pada alat pencernaan.

Dispepsia non organik ini biasanya disebabkan oleh stres, makanan pedas, alkohol dan merokok. Biasanya gejala yang timbul itu hanya mual, eneg, atau perut
terasa penuh.

Baca Juga: Kemenkes Bongkar Alasan Mudik Lebaran Wajib Vaksin Booster

Ketika berpuasa otomatis rokok, alkohol dan makanan tersebut tidak masuk ke dalam tubuh sehingga keluhan tadi akan hilang. Ini cenderung terjadi pada mereka yang mengalami dispepsia non organik.

Sebaliknya, penderita dispepsia organik tidak dianjurkan untuk berpuasa, meski tubuh akan beradaptasi setelah 3 sampai 5 hari, akan tetapi lambung akan tetap kosong.

Saat itulah pengeluaran asam lambung dan gas akan meningkat yang notabene menjadi pemicu
munculnya penyakit maag.

Baca Juga: Presiden AS Joe Biden kembali Melontarkan Serangan Verbal kepada Presiden Rusia

Meski hal ini tidak berlangsung terus menerus akan tetapi puasa bagi penderita dispepsia non organik yang tidak mengonsumsi obat akan membuat mag-nya
menjadi jauh lebih parah.

Satu hal yang harus diingat adalah jangan sekali-kali menilai sendiri apakah mag yang diderita parah atau tidak. Karena berangkat dan kenyataan bahwa setiap orang memiliki tingkat kepekaannya sendiri-sendiri.

Misalnya ada yang merasakan sakit yang amat sangat pada lambungnya padahal dia hanya kemerahan sedikit, sebaliknya ada juga yang tidak merasakan
apa-apa padahal kondisi lambungnya sudah demikian parah.

Baca Juga: Jadi Tersangka Kasus Konten Pornografi OnlyFans, Dea Tidak Ditahan Polisi

Satu-satunya cara untuk melihat kelainan pada pencernaan adalah dengan endoskopi (meneropong saluran pencernaan). Dari pemeriksaan inilah baru kemudian diketahui apakah alat pencernaan mengalami luka atau tidak.

Bagi mereka yang menderita dispepsia non organik, obat yang dijual bebas di pasaran dan berbagai merek dan harga bisa digunakan untuk mencegah keluhan mag timbul saat menjalani puasa.

Karena obat bebas yang umumnya golongan antasida ini dapat melapisi lambung sehingga menetralisir asam lambung yang over produksi.

Baca Juga: Jamin Keamanan Jajanan Anak Sekolah BPOM Gelar Sosialisasi Keamanan Pangan di Tasikmalaya

Tak heran penjualan obat jenis ini marak selama bulan puasa. Untuk itu, bagi yang berpuasa dianjurkan untuk mengonsumsi obat-obat tersebut setengah jam setelah makan agar perut tidak terasa kembung.

Untuk waktu minum obat sendiri, sebaiknya dilakukan pada saat sahur, berbuka puasa dan malam sebelum tidur. Bagi mereka yang menderita dispepsia non organik cara ini dianggap cukup efektif untuk menghindari keluhan mag.

Tapi bagi yang menderita dispepsia onganik, pengobatannya tidaklah semudah itu. Obat yang dianjurkan adalah obat anti-asam yang mampu menekan produksi asam ambung hingga 12 sampai 24 jam. Akan tetapi, obat ini hanya didapat dengan resep dokter.

Baca Juga: Kapolri Perintahkan Seluruh Kapolda untuk Mengecek Ketersediaan Minyak Goreng Menjelang Ramadan

Perlu diketahui penyakit maag, dikenal tahap pengobatan yang disesuaikan dengan Konsensus Asia Pasifik atau Konsensus Nasional tentang Tata Laksana Penyakit Mag atau Dispepsia.

Menurut konsensus nasional, penanganan pertama bagi penyakit mag adalah dengan konservatif empiris terapi atau tenapi percobaan selama 4 sampai 6 minggu yang bisa dilakukan oleh siapa saja baik itu dokter umum maupun Puskesmas.

Kalau setelah terapi percobaan itu kondisi pasien membaik, berarti pengobatan berhenti sampai di situ. Tapi kalau tidak maka dilakukan rujukan untuk melakukan endoskopi pada dokter spesialis untuk bisa
diketahui jenis penyakit mag yang diderita, mulai dari gastritis, tukak lambung, polip sampai tumor. Dari sini diketahui jenis obat mana yang cocok untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Perda Desa Wisata Jawa Barat Resmi Disahkan

Ada tiga golongan obat yaitu Antasida yang dijual bebas di pasaran, kemudian golongan menengah diantaranya simitidin, ranitidine, famotidin dan terakhir golongan PPI (Pomp Proton Inhibitor).

Namun, jika penyakit lambung sudah kronis seperti tukak, menggunakan antasida juga tidak akan sembuh. Karena antasida hanya menghilangkan keluhan bukan
menyembuhkan.

Untuk kasus tukak bisa disembuhkan dengan dua macam antibiotika plus satu PPI. Peluang kesembuhannya pun cukup tinggi, antara 80 - 90 persen.

Baca Juga: Kapolri Sidak Ketersediaan Minyak Goreng Curah di Jawa Timur

Kalau obat jenis antasida ini dipakai untuk penyakit lambung yang kronis, kondisinya akan lebih parah bisa bleeding atau malah jadi borok.

Mengingat betapa riskannya penyakit maag, kontrol don kesadaran diri sendiri untuk mengatur pola makan menjadi sangat penting.

Untuk itu, perhatikan dengan saksama hal yang harus dilakukan atau dihindari bagi penderita maag selama puasa:

Baca Juga: Fesyen Penopang Ekonomi Kreatif di Jabar

a. Dianjurkan untuk makan makanan yang manis sebagai sumber energi terutama waktu berbuka, karena selama puasa kadar gula menjadi turun.

b. Hindari makanan/minuman yang merangsang pengeluaran asam lambung seperti kopi, susu, dan minuman bersoda. Untuk makanan hindari makanan berlemak, sayuran seperti sawi dan kol, nangka, kedondong atau buah yang dikeringkan.

c. Jangan makan makanan yang melemahkan klep kerongkongan bawah antara lain cokelat, makanan yang tinggi lemak dan gorengan. Beberapa sumber karbohidrat seperti beras ketan, mi, bihun, dan jagung pun sebaiknya dihindari.

d. Meski puasa olahraga atau latihan fisik harus tetap dijalankan, tapi harus sesuai dengan kondisi tubuh. Olahraga yang teratur selain membuat tubuh menjadi bugar, stres yang menjadi pemicu sakit mag pun bisa hilang.

e. Jangan langsung tidur setelah sahur agar asam lambung tidak langsung naik ke kerongkongan. Makanan dalam lambung akan lancar turun ke dalam organ pencernaan lain kalau tubuh berada dalam posisi tegak, tapi dalam posisi tidur makanan akan sulit turun dan dikhawatirkan asam lambung yang naik akan menyebabkan iritasi pada pasien.***

Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah