Produktivitas Lele Rendah, KKP Gelar Pelatihan Budidaya Sistem Bioflok di Empat Kabupaten

- 22 April 2021, 03:40 WIB
Budidaya Ikan Lele Sistem Sistem Bioflok
Budidaya Ikan Lele Sistem Sistem Bioflok /dok.foto/KKP/



KARAWANGPOST - Produktivitas panen komoditas budidaya lele masih sangat sulit untuk dioptimalkan disebabkan oleh media pembesaran dan pakan yang menjadi permasalahan utama para pembudidaya.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) menyelenggarakan Pelatihan Pembesaran Ikan Lele Sistem Bioflok bagi masyarakat di empat Kabupaten.

Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Malaka.

Baca Juga: Tiga Polda Perketat Jalur Tikus Jawa-Sumatra Antisipasi Para Pemudik Nekat

Pelatihan secara serentak dilaksanakan pada 19-20 April 2021 menggunakan metode blended learning melalui sambungan zoom agar tetap mematuhi protokol kesehatan di masa pandemi Covid-19.

Difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BP3) Banyuwangi, pelatihan diikuti oleh 150 orang peserta dari keempat kabupaten dengan rincian sebanyak 40 pembudidaya hadir dari Kabupaten Kupang, TTU dan TTS serta sebanyak 30 peserta lainnya merupakan pembudidaya dari Kabupaten Malaka.

Pelatihan bertujuan untuk memasyarakatkan sistem bioflok dalam kegiatan perikanan budidaya yang membantu dalam efisiensi dan produktivitas budidaya lele.

Baca Juga: Persib Bakal Serang Persija, Bertekad Bawa Tropi Piala Menpora

Hal ini dikarenakan pada sistem bioflok, ditumbuhkan mikroorganisme pengolah limbah budidaya di dalam kolam pembesaran ikan yang berfungsi mengolah limbah budidaya menjadi gumpalan-gumpalan kecil yang disebut sebagai flok. Flok tersebut kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pakan alami lele.

Sistem bioflok lebih efisien dari budidaya lele dengan cara konvensional. Dengan sistem bioflok, budidaya bisa diterapkan di lahan sempit dan kolam yang kecil, memiliki padat tebar yang tinggi dan kolamnya tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.

Tak hanya itu, budidayanya dapat dilakukan pada tempat tertutup, lebih hemat lahan, air dan pakan, serta produktivitasnya tinggi.

Baca Juga: Tahanan Polda Jatim digembleng Mengaji pada Bulan Suci Ramadhan

“Selain itu, ikan yang dibudidayakan dengan sistem bioflok dagingnya juga lebih hiegenis dan memiliki rasa lebih enak,” jelas Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM KP), Sjarief Widjaja.

Untuk itu, para peserta dibekali dengan materi pengelolaan media bioflok, pengelolaan benih, pengelolaan tingkat kehidupan ikan, pengelolaan kesehatan ikan dan pemanenan ikan.

Materi yang runut dari hulu ke hilir ini diharapkan akan menjadi kompetensi penunjang bagi masyarakat dalam mengembangkan usaha budidayanya.***




Editor: M Haidar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x