Serangan Roket AS Hancurkan Titik Kontrol Kelompok Milisi di Perbatasan Irak

26 Februari 2021, 17:32 WIB
Ilustrasi serangan militer AS /ThePixelman / Pixabay

KARAWANGPOST - Militer Amerika Serikat (AS) meluncurkan roket sebagai serangan balasan terhadap kelompok milisi yang berada di sekitar perbatasan Irak.

AP News melaporkan serangan udara yang dilancarkan pada awal Febuari lalu telah memporak porandakan sejumlah fasilitas di titik kontrol milik sejumlah kelompok militan yang didukung Iran.

Termasuk didalamnya kelompok Kataib Hezbollah dan Kataib Sayyid al-Shuhada.

Baca Juga: Diplomasi Nasi Tumpeng untuk Diaspora Dunia, KJRI Cape Town Promosikan Kuliner Khas Indonesia

Serangan roket itu juga telah menewaskan seorang kontraktor sipil serta melukai seorang anggota dinas AS dan pasukan koalisi lainnya.

Ini merupakan aksi militer pertama masa pemerintah Joe Biden yang telah berniat untuk lebih fokus pada tantangan yang ditimbulkan China.

Melansir berita Pikiran-rakyat.com berjudul "Upaya Balas Dendam, Pentagon Luncurkan Bom di Suriah Targetkan Fasilitas di Perbatasan Irak".

Keputusan Biden untuk menyerang di Suriah tampaknya tidak menandakan niat untuk memperluas keterlibatan militer AS di wilayah tersebut, namun untuk menunjukkan keinginan untuk membela pasukan AS di Irak.

Baca Juga: Penyidikan Kasus Korupsi Bansos Menggurita, Politisi PDIP Dapat Giliran Diperiksa KPK

“Saya yakin dengan target yang kami kejar, kami tahu apa yang kami capai,” ujar Menteri Pertahanan Llyod Austin.

“Kami yakin bahwa target itu digunakan oleh militan Syiah yang sama melakukan serangan tersebut,” katanya menambahkan.

Aksi balas dendam itu terjadi setelah serangan roket 15 Februari di Irak Utara yang menawaskan satu kontraktor sipil dan melukai seorang Anggota layanan AS dan personel kolaisi lainnya.

Austin pun tak menampik serangan tersebut terjadi setelah merekomendasikan tindakannya lkepada Biden.

“Kami mengatakan beberapa kali bahwa kami akan menanggapi sesuai jadwal kami. Kami ingin memastikan konektivitas dan kami ingin memastikan bahwa kami memiliki target yang tepat,” kata Austin.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan tindakan AS adalah sebuah tanggapan militer yang proporsional yang diambil dengan langkah-langkah diplomatik, termasuk konsultasi dengan mitra koalisi.

Baca Juga: Ada Polisi Mabok Masuk Tempat Hiburan, Masyarakat Wajib Lapor

“Operasi itu mengirimkan pesan yang tidak ambigu, yang mana Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi personel Amerika dan Koalisi,” ujar Kirby.

“Pada saat yang sama, kami telah bertindak dengan sengaja yang bertujuan untuk mengurangi situasi keseluruhan di Suriah timur dan Irak,” katanya menambahkan.

AS selama ini menyalahkan Kataib Hezbollah atas berbagai serangan yang menargetkan personel dan kepentingan AS di Irak di masa lalu.

Sementara itu seorang profesor di Sekolah Hukum Notre Dame, Mary Ellen O’Connell mengkritik serangan AS sebagai pelanggaran hukum internasional.

“Piagam Perserikatan Bangsa-Bansa memperjelas bahwa penggunaan kekuatan militer di wilayah negara berdaulat asing adalah sah hanya sebagai tanggapan atas serangan bersenjata di negara pertahanan yang menjadi tanggung jawab negara sasaran. Tak satu pun dari elemen itu terpenuhi dalam serangan Surih,” ujar Ellen.

Pejabat pemerintahan Biden mengutuk serangan roket 15 Februari di dekat kota Ibril di wilayah semi otonom Kurdi Irak.

Baca Juga: Petikan Pesan Soekarno 'Kekuasaan Hanya Milik Rakyat', Pada Pelantikan Pemimpin Daerah Jawa Tengah

Para pejabat telah mencatat bahwa di masa lalu, kelompok milisi Syiah yang didukung Iran telah bertanggung jawab atas berbagai serangan roket yang menargetkan personel atau fasilitas AS di Irak.

Sebuah kelompok militan Syiah yang tidak banyak dikenal yang menamakan dirinya Saraya Awliya al-Dam, bahasa Arab untuk Penjaga Brigade Darah, mengaku bertanggung jawab atas serangan 15 Februari lalu.

Seminggu kemudian serangan roket di Zona Hijau Baghdad tampaknya menargetkan kompleks Kedutaan Besar AS, tetapi tidak ada yang terluka.*** (Nopsi Marga/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Toni Kamajaya

Sumber: Pikiran Rakyat AP News

Tags

Terkini

Terpopuler