Mikhail Gorbachev Pemimpin Uni Soviet yang Terkenal dengan Glasnost dan Perestroika Meninggal Dunia

31 Agustus 2022, 13:14 WIB
Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev Meninggal dalam usia 91 tahun /Muhammad Basir-Cyio/

KARAWANGPOST- Mantan Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev meninggal dunia pada Selasa, 30 Agustus 2022.

Ia yang menjadi pemimpin terakhir Uni Soviet ini meninggal dalam usia 91 tahun. Gorbachev meninggal di rumah sakit karena menderita penyakit serius dan berkepanjangan.

Jenazah Gorbachev akan dimakamkan di Pemakaman Novodevichy Moskwa, di sebelah makam istrinya yang meninggal lebi dulu pada tahun 1999.

Sewaktu memimpin Uni Soviet, Gorbachev terkenal dengan kebijakan glasnot dan perestroika.

Glasnost yang dalam bahasa Rusia berarti keterbukaan adalah kebijakan yang dijalankan pemerintahan Mikhail Gorbachev pada pertengahan 1980-an. Kebijakan ini meliputi keterbukaan dalam semua bidang di institusi pemerintahan Uni Soviet termasuk kebebasan informasi.

Baca Juga: Viral Video Gelombang Tingg Hantam Obyek Wisata Pantai Pangandaran: 'Oh My God...' 

Sedangkan Perestroika adalah gerakan politik untuk reformasi di tubuh Partai Komunis Uni Soviet (PKUS). Gorbachev saat itu merupakan Sekretaris Jenderal PKUS.

Kebijakan yang dijalankan Gorbachev justru menjadi jurang kehancuran bagi negara Uni Soviet. Uni Soviet pecah dan mengalami desintegrasi.

Mikhail Gorbachev menjadi pemimpin Soviet yang sukses mengakhiri Perang Dingin dengan Amerika Serikat tanpa pertumpahan darah tetapi gagal mencegah runtuhnya Uni Soviet.

Gorbachev menjalin kesepakatan pengurangan senjata dengan Amerika Serikat dan kemitraan dengan kekuatan Barat untuk menghapus Tirai Besi yang telah membagi Eropa sejak Perang Dunia Kedua dan mewujudkan reunifikasi Jerman.

Baca Juga: Pemerintah Alokasikan Rp608,3 Trilyun untuk Sektor Pendidikan, Ini Rincian Penggunaannya!

Ketika protes pro-demokrasi melanda negara-negara blok Soviet di Eropa Timur komunis pada tahun 1989, ia menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatan tidak seperti para pemimpin Kremlin sebelumnya yang telah mengirim tank untuk menghancurkan pemberontakan di Hongaria pada tahun 1956 dan Cekoslowakia pada tahun 1968.

Tetapi protes tersebut memicu aspirasi untuk otonomi di 15 republik Uni Soviet, yang hancur selama dua tahun ke depan dengan cara yang kacau balau. Gorbachev berjuang dengan sia-sia untuk mencegah keruntuhan itu.

Saat menjadi sekretaris jenderal Partai Komunis Soviet pada tahun 1985, pada usia 54 tahun, ia telah memulai untuk merevitalisasi sistem dengan memperkenalkan kebebasan politik dan ekonomi yang terbatas, tetapi reformasinya berputar di luar kendali.

Baca Juga: Penyidik Bareskrim Polri Konfrontir Keterangan Putri Candrawathi dengan Tersangka Lain Hari ini

Kebijakannya tentang Glasnost kebebasan berbicara memungkinkan kritik yang sebelumnya tidak terpikirkan terhadap partai dan negara, tetapi juga mendorong kaum nasionalis yang mulai mendesak kemerdekaan di republik-republik Baltik Latvia, Lituania, Estonia, dan tempat lain.

Banyak orang Rusia tidak pernah memaafkan Gorbachev atas gejolak yang ditimbulkan oleh reformasinya, mengingat penurunan standar hidup mereka yang selanjutnya merupakan harga yang harus dibayar untuk demokrasi.

Setelah mengunjungi Gorbachev di rumah sakit pada 30 Juni, ekonom liberal Ruslan Grinberg mengatakan kepada outlet berita angkatan bersenjata Zvezda:

"Dia memberi kita semua kebebasan tetapi kita tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan itu."***

Editor: Gunawan Kus

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler