China Mendesak AS untuk menghentikan Serangan Siber ke Rusia dan Belarusia

- 15 Maret 2022, 13:26 WIB
Ilustrasi - Peretas Anonim
Ilustrasi - Peretas Anonim /Pixabay/FotoArt-Treu



KARAWANGPOST - Kementerian Luar Negeri China mendesak Washington untuk menghentikan aktivitas siber berbahaya menyusul laporan bahwa peretas Amerika merusak jaringan di China untuk melancarkan serangan ke Rusia dan Belarusia.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyebutkan bahwa negara AS sebagai kerajaan peretasan dunia.

"China sangat prihatin dengan serangan siber terhadap negara lain yang berasal dari AS dan menggunakan China sebagai batu loncatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian kepada wartawan pada konferensi pers pada hari Senin, 14 Maret 2022.

Baca Juga: 500 Personil Gabungan TNI Polri akan Amankan Parade MotoGP Besok

Zhao mengomentari laporan media Tiongkok baru-baru ini bahwa peretas, terutama dari AS tetapi juga dari sekutu NATO Jerman dan Belanda yang dilaporkan baru-baru ini membajak jaringan komputer Tiongkok untuk serangan siber, 87 persen di antaranya menargetkan Rusia.

“Dengan latar belakang situasi Ukraina, langkah seperti itu dapat menghasilkan efek negatif menyesatkan masyarakat internasional dan menyebarkan disinformasi,” kata Zhao, menunjukkan bahwa mantan pejabat senior AS menyerukan secara terbuka untuk meluncurkan serangan siber ke Rusia belum lama ini.

Sementara Beijing tidak tahu peran pasti pemerintah AS dalam serangan itu, atau jika itu terkait dengan praktik panjang mencoreng China di dunia maya oleh AS.

Baca Juga: 20 Pembalap Ikut dalam Parade MotoGP Indonesia

Zhao meminta Washington untuk mengadopsi sikap yang lebih bertanggung jawab.

Gedung Putih mengatakan pada hari Senin bahwa AS telah mengancam China dengan konsekuensi yang signifikan jika membantu Rusia dengan cara apa pun, selama pembicaraan panjang di Roma antara Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan dan utusan China Yang Jiechi.

Beberapa media Barat mengklaim selama akhir pekan bahwa Moskow telah meminta bantuan militer Beijing untuk konflik di Ukraina. Zhao menyebut klaim itu sebagai disinformasi yang datang dari AS.***

Editor: M Haidar

Sumber: RT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x