Waspada! Bencana Hidrometeorologi Menghantui Sepanjang Januari hingga Maret 2021

- 1 Januari 2021, 16:26 WIB
BMKG imbau masyarakat waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi
BMKG imbau masyarakat waspada terhadap ancaman bencana hidrometeorologi /BMKG

KARAWANGPOST - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi di awal tahun 2021.

Kewaspadaan atas ancaman bencana tersebut utamanya ditujukan bagi masyarakat yang bermukim di daerah rentan bencana hidrometeorologi, seperti longsor dan banjir.   

Berdasarkan prakiraan BMKG, potensi bencana hidrometeorologi ini dipicu curah hujan yang puncaknya akan terjadi bersamaan dengan terjadinya fenomena La Nina pada periode Januari-Maret 2021.

Baca Juga: Pencairan Dana BST dan PKH Tinggal Menghitung Hari, Simak Cara Cek Daftar Penerima!

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menerangkan Kuartal akhir tahun 2020 hingga awal 2021, kondisi iklim global dihadapkan pada gangguan anomali berupa fenomena La Nina.

La Nina tersebut memiliki level intensitas mencapai "moderate" di Samudra Pasifik ekuator.

Disisi lain, Dwikorita mengakui bauhwa selama ini La Nina lebih dipandang sisi negatifnya yakni berdampak terjadinya bencana hidrometeorologi.

Baca Juga: Warga Kota Sukabumi Diduga jadi Korban Tenggelamnya Kapal Myeong Minho di Korea Selatan

"Padahal dalam enam kali La Nina dalam periode 30 tahun terakhir telah terjadi surplus air tanah tahunan di Waeapo-Pulau Buru sebesar 775 mm atau setara dengan 222 persen dari kondisi normalnya," bebernya dikutip dari laman BMKG.

Hal itu disampaikan Dwikorita Karnawati dalam webinar bertajuk "La Nina: Manfaatkan Air Hujan Berlimpah Untuk Kesejahteraan dan Pengurangan Risiko Bencana Hidrometeorologi" pada 29 Desember 2020 lalu.

Lebih lanjut Ia menambahkan, hal tersebut mengindikasikan bahwa La Nina selain memiliki sisi ancaman, namun juga punya peluang positif yang dapat dimanfaatkan.

Baca Juga: Turun Kejalan Bupati Karawang Sisir Titik Kerumunan Malam Tahun Baru 

Seperti panen hujan dan surplus air tanah, peningkatan produktivitas pertanian yang memerlukan banyak air, dan pemanfaatan telaga yang muncul selama tahun basah untuk budidaya ikan air tawar semusim.

"Kita bisa mengambil berkah dari fenomena La Nina sehingga para petani di wilayah yang sudah terkenal selalu kering dan kekurangan air bisa melakukan pemanenan air," ulasnya.

"Sehingga diakhir musim kemarau transisi yaitu September-Oktober masih bisa melakukan pemanenan kacang tanah," tambah Dwikorita.***

Editor: Toni Kamajaya


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x