Kementan bersama BRIN Sepakat Ciptakan Inovasi Teknologi Pertanian Masa Depan

21 Oktober 2023, 19:38 WIB
Ptl Kementerian Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko  /Karawangpost/Foto/BRIN

KARAWANGPOST - Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepakat bahu membahu untuk mencipatakan inovasi dibidang pangan.

BRIN dan Kementerian Pertanian secara resmi menanandatangani kesepakatan bersama terkait Kesinergisan Penyelenggaraan Riset dan Inovasi dalam Mendukung Pembangunan Pertanian.

Kementerian Pertanian bersepakat memperkuat kerja sama dalam rangka sinergisme penyelenggaraan riset dan inovasi dan diseminasinya dalam mendukung pembangunan pertanian Indonesia untuk masa depan.

Baca Juga: Kapolsek Turun Langsung Bantu Petugas Damkar Padamkan Kebakaran Lahan di Exit Tol Karawang Barat

Ptl Kementerian Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi dan Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko sepakat mengembangkan teknologi pasca panen.

Adapun hal itu untuk meningkatkan efisiensi hasil pertanian di Indonesia. Dalam kerjasama ini, BRIN dan Kementan sepakat bahu membahu untuk menciptakan inovasi di bidang pangan, dari mulai hulu ke hilir, salah satunya adalah masalah food loss dan waste (FLW).

“Ini juga relate yang sekarang jadi big issue, food losses and waste. Jadi from fram to table. Jadi nanti teknologi pascapanen dari panen sampai terhidang ke meja, Indonesia menjadi salah satu yang terbesar," kata Arief, Kamis 19 Oktober 2023.

Baca Juga: Kasus Rocky Gerung Dugaan Ujaraan Kebencian dan Hoaks Naik Status ke Penyidikan

Arief menyebutkan, sekitar 14% hilang setelah panen (food loss) dan 17% hilang di meja makan (food waste). Jadi total 31% itu hilang. Itu nilai sekitar 550 triliun rupiah.

Menurut hasil penelitian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) pada tahun 2021, Indonesia membuang sampah makanan 23-48 juta ton per tahun pada periode 2000-2019 dengan taksiran kerugian ekonomi sebesar Rp213 - Rp551 triliun/tahun atau setara dengan 4-5 persen PDB Indonesia per tahun.

Adapun Food loss atau susut pangan merupakan bahan pangan yang terbuang dari proses pasol dari petani ke pasar. Sementara itu, food waste atau limbah pangan adalah bahan pangan yang terbuang di pasar ke konsumen.

Baca Juga: Pemilu 2024: Anies-Cak Imin Jalani Tes Kesehatan di RSPAD Gatot Subroto Selama 8 Jam

“Tak hanya inovasi pertanian di hulu, tapi hilirnya juga. Beliau (kepala BRIN) hutang pada saya untuk teknologi iradiasi. Saya ingin menggunakan teknologi iradiasi untuk memperpanjang shelf life,” kata Arief Prasetyo.

Lebih lanjut, salah satu strategi pengurangan FLW adalah dengan mengembangkan teknologi iradiasi makanan yang saat ini sedang dikembangkan oleh BRIN.

Adapun Iradiasi makanan adalah metode penyinaran terhadap pangan baik dengan menggunakan zat radioaktif maupun akselerator untuk mencegah terjadinya pembusukan dan kerusakan pangan serta membebaskan dari jasad renik patogen.

Baca Juga: Sebanyak 52 Orang Saksi Telah Diperiksa Terkait Kasus Pemerasan Eks Menteri Pertanian

Penelitian ini tidak hanya fokus pada ekstensifikasi, tapi juga intensifikasi. Termasuk sampai pascapanen tadi supaya setelah dihasilkan bisa tahan lama.

Contohnya bawang merah bisa tahan 2-3 bulan sehingga bisa didistribusikan ke berbagai lokasi tanpa harus jatuh harganya.

Sementara itu, beberapa contoh bahan pangan yang rencananya akan menggunakan iradiasi makanan untuk memperpanjang waktu shelf lifenya dari 12 komoditas pangan adalah cabai, bawang merah, dan telur.

“Kita harus perbaiki itu semua. Sehingga nanti kedepan kita Kementan bersama BRIN ini bisa menjadi lebih baik,” jelas Arief.***

Editor: M Haidar

Sumber: Kementan

Tags

Terkini

Terpopuler