Pihak Berwenang India Selidiki Penyebab Penyakit Belum diketahui Menimpa 400 Orang Lebih

- 9 Desember 2020, 04:53 WIB
Dokumentasi--Asha Devi duduk di dekat putrinya yang sakit Savita (kanan) di sebuah rumah sakit di Patna, India, Rabu (17/7), setelah mengkonsumsi makanan terkontaminasi pestisida di sebuah sekolah.
Dokumentasi--Asha Devi duduk di dekat putrinya yang sakit Savita (kanan) di sebuah rumah sakit di Patna, India, Rabu (17/7), setelah mengkonsumsi makanan terkontaminasi pestisida di sebuah sekolah. /antaranews

KARAWANGPOST - Hingga saat ini pihak berwenang India sedang menyelidiki terkait penyakit yang telah menjangkiti lebih dari 300 anak. Penyakit yang belum diketahui itu muncul di negara bagian selatan Andhra Pradesh dalam beberapa hari terakhir.

Kebanyakan dari mereka menderita pusing, pingsan, sakit kepala dan muntah mereka pun telah dinyatakan negatif saat dilakukan tes COVID-19.

Dilasir karawangpost dari antaranews.com Apakah organoklorin yang digunakan untuk bahan pestisida atau pengendalian nyamuk merupakan penyebab kematian satu orang dan lebih dari 400 orang dirawat di rumah sakit, kata seorang pejabat kesehatan, Selasa 8 Desember 2020.

Baca Juga: Juru Bicara TGUP Covid-19 Karawang Himbau Warga Patuhi Protokol Kesehatan Saat Pencoblosan Suara

Anggota parlemen federal GVL Narasimha Rao, yang berasal dari Andhra Pradesh, mengatakan di Twitter bahwa dia telah berbicara dengan ahli medis pemerintah dan bahwa "penyebab yang paling mungkin adalah zat organoklorin beracun".

 "Itu (organoklorin) adalah salah satu kemungkinan," kata Geeta Prasadini, direktur kesehatan masyarakat di negara bagian Andhra Pradesh. Dia menambahkan bahwa para pasien sedang menunggu laporan hasil tes untuk memastikan penyebabnya.

Prasadini mengatakan tidak ada kasus penyakit serius baru yang terungkap dalam 24 jam terakhir. Sebelumnya, seorang pria berusia 45 tahun meninggal pada akhir pekan akibat penyakit yang belum diketahui itu.

Baca Juga: Lima Jenazah LPI Dimakamkan di Megamendung Bogor

Organoklorin dilarang atau dibatasi di banyak negara setelah penelitian mengaitkan zat itu dengan kanker dan potensi risiko kesehatan lainnya. Namun, sejumlah polutan zat tersebut masih berada di lingkungan selama bertahun-tahun dan menumpuk di lemak tubuh hewan dan manusia.

Halaman:

Editor: M Haidar

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah