Erdogan: Eropa Sedang Panik

- 6 Juni 2022, 12:26 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan /Youtube/Aljazeera



KARAWANGPOST - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kritisi negara-negara Eropa dalam menangani pengungsi Ukraina.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pernyataanya pada hari Minggu, 5 Juni 2022. Anggota Uni Eropa dan negara-negara Eropa lainnya berada dalam keadaan panik atas masuknya pengungsi dari Ukraina.

Erdogan berbicara di depan pendukung partainya di kota Kizilcahamam mengatakan, bahwa sementara Turki telah berhasil mengelola migrasi tidak teratur yang berasal dari Suriah selama 11 tahun, kami melihat kepanikan di Eropa sebagai akibat dari krisis Ukraina-Rusia.

Baca Juga: Ada 12 Ribu Sertifikat Tanah Milik Warga Sumut Program PTSL diberikan Kepada Penerima Fiktif

Kepala negara Turki melanjutkan dengan mengungkapkan harapan bahwa dunia akan keluar dari periode kritis yang sedang dialaminya sesegera mungkin.

Sejak Rusia menyerang Ukraina pada akhir Februari, hampir 14 juta warga Ukraina telah mengungsi, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada hari Jumat oleh Amin Awad, asisten sekretaris jenderal dan koordinator krisis PBB untuk Ukraina. 

Enam juta dari warga negara Ukraina ini diyakini telah melarikan diri ke negara tetangga.

Baca Juga: Jennifer Lopez Luapkan Emosional dalam Pidatonya di MTV Movie & TV Awards

Negara-negara anggota UE seperti Polandia, Rumania, dan Hongaria telah menjadi salah satu tujuan utama, selain Rusia, bagi para pengungsi Ukraina. 

Selain masalah migrasi yang dipicu oleh konflik Ukraina, Erdogan juga menyinggung aplikasi Swedia dan Finlandia untuk keanggotaan NATO, yang diajukan pada pertengahan Mei, dengan alasan ancaman yang dirasakan dari Rusia.

Presiden Turki menjelaskan bahwa Ankara akan terus memblokir kedua negara itu untuk bergabung dengan blok militer  “sampai harapan [nya] terpenuhi.”

Baca Juga: Mantan Wali Kota Yogyakarta Terjaring OTT KPK Terkait Suap Izin Pembangunan Apartemen

Karena persetujuan bulat dari 30 anggota NATO diperlukan agar anggota baru dapat diterima ke dalam aliansi, keberatan Turki secara efektif telah menahan harapan kedua negara Nordik untuk bergabung dalam waktu dekat.

Ankara menegaskan bahwa itu hanya akan membuka blokir aksesi mereka jika mereka berhenti menyembunyikan orang-orang yang terkait dengan kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan organisasi Kurdi lainnya yang dianggap teroris oleh Ankara.

Perdebatan besar lainnya adalah keputusan pada tahun 2019 oleh Stockholm dan Helsinki untuk melarang penjualan senjata ke Turki setelah serangan militer Ankara ke Suriah utara terhadap militan Kurdi. Turki menuntut agar itu dicabut.

Baca Juga: Ratusan Jamaah Calon Haji Asal Karawang Siap Diberangkatkan ke Tanah Suci

Selama pidatonya pada hari Minggu, Erdogan juga berpendapat bahwa “sistem yang telah dibangun Barat untuk melindungi keamanan dan kesejahteraannya sendiri sedang runtuh.

Dia menyerukan reformasi besar-besaran Dewan Keamanan PBB, mencatat bahwa Bumi lebih besar dari lima negara itu. 

Presiden Turki juga mengatakan bahwa ada indikasi bahwa negara-negara Barat pada akhirnya akan mengadopsi saran yang telah dibuat Ankara selama bertahun-tahun dalam hal ini.***

Editor: M Haidar

Sumber: RT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x