AS Kehabisan Rudal Javelin untuk Ukraina

- 9 Juni 2022, 22:50 WIB
Rudal Javelin AS
Rudal Javelin AS /Youtube/Gung Ho Vids



KARAWANGPOST - Dalam beberapa bulan, Pentagon dilaporkan tidak akan dapat mengirim beberapa senjata untuk Kiev.

Dikutip Bloomberg pada hari Selasa 7 Juni 2022 melaporkan, AS tidak akan segera memiliki rudal anti-tank Javelin baru untuk Ukraina.

"Perang telah menghabiskan sepertiga dari persediaan lembing militer AS. Dalam beberapa bulan, Pentagon tidak akan dapat mengirimkan yang baru tanpa mengosongkan pasokannya sendiri."

Baca Juga: Warga Karawang Bentangkan Spanduk Penolakan Khilafatul Muslimin

AS dikatakan juga telah menghabiskan seperempat dari stok rudal anti-pesawat portabel Stinger, dan itu bisa memakan waktu hingga satu tahun bagi pabrikan mereka, Raytheon, untuk memulai kembali produksi.

Produksi sistem peluru kendali bahu yang sudah terbatas semakin terganggu oleh berbagai faktor, termasuk masalah terkait Covid, pasokan microchip, dan kekurangan pekerja terampil di industri pertahanan.

Washington telah mengirimkan sekitar 7.000 Jevelin ke Ukraina, dan Kiev sedang mencari lebih banyak senjata untuk mengusir kampanye militer Rusia di negara itu.

Baca Juga: Jenazah Eril Ditemukan, Atalia Praratya Ridwan Kamil Ungkap Soal Tes DNA

Presiden Joe Biden mengunjungi pabrik pembuat Javelin Lockheed Martin pada awal Mei, menyebut senjata itu sangat efektif.

AS dan negara-negara NATO lainnya semakin banyak menyediakan senjata ke Ukraina setelah Rusia melancarkan operasi militer terhadap negara tetangganya pada 24 Februari.

Pengiriman dari Pentagon termasuk sekitar 7.000 Javelin, serta drone, howitzer, dan radar.

Baca Juga: Jenazah Eril Ditemukan, Atalia Praratya Ridwan Kamil Ungkap Soal Tes DNA

Rusia menyerang Ukraina menyusul kegagalan Kiev untuk menerapkan persyaratan perjanjian Minsk, yang pertama kali ditandatangani pada 2014, dan pengakuan akhirnya Moskow atas republik Donbass, Donetsk dan Lugansk. 

Protokol yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis dirancang untuk memberikan status khusus kepada daerah-daerah yang memisahkan diri di dalam negara Ukraina.

Kremlin sejak itu menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS. 

Kiev menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan dan membantah klaim bahwa pihaknya berencana untuk merebut kembali kedua republik dengan paksa.***

Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x