Tragis Pembantaian Lumba-Lumba Sisi Putih Sebanyak 1.400 di Eropa

- 18 September 2021, 18:59 WIB
Pembataian Lumba-lumba sisi putih lebih dari 1400   
Pembataian Lumba-lumba sisi putih lebih dari 1400   /Twitter/@weaniejeanie53/

Baca Juga: Netizen Halu Sebut Jodoh Arya Saloka Adalah Amanda

Tangkapan terbesar berikutnya adalah 900 pada tahun 1879, lalu 856 lumba-lumba pada tahun 1873, dan 854 ekor pada tahun 1938, kata Mikkelsen.

Membunuh lumba-lumba sisi putih adalah tindakan "legal tapi tidak populer", kata Sjurdur Skaale, anggota parlemen Denmark untuk Kepulauan Faroe.

Dia mengunjungi pantai Skalabotnur untuk berbicara dengan penduduk setempat pada hari Senin."Orang-orang marah," katanya.

Baca Juga: Lesti Kejora Terseret Kasus Hoax Meninggalnya Penyanyi Tiara Marleen

Tetap, dia membela perburuan itu, yang menurutnya "manusiawi" jika dilakukan dengan cara yang benar. Perburuan melibatkan tombak yang dirancang khusus, yang digunakan untuk memotong sumsum tulang belakang paus atau lumba-lumba sebelum lehernya dipotong.

Dengan menggunakan metode ini, dibutuhkan "kurang dari satu detik untuk membunuh seekor paus", kata Skaale.

"Dari sudut pandang kesejahteraan hewan, ini adalah cara yang baik untuk membunuh hewan - jauh lebih baik daripada memenjarakan sapi dan babi," katanya.

Baca Juga: Sambut Hari WCD, Warga Rengasdengklok Selatan Bersihkan Sampah di TPU

Organisasi konservasi lautan non-profit, Sea Shepherd, membantah hal ini, dengan alasan bahwa "pembunuhan lumba-lumba dan paus pilot jarang terjadi secepat yang dilakukan pemerintah Faroe".

"Perburuan Grindadrap bisa berubah menjadi pembantaian yang berlarut-larut dan seringkali tidak terorganisir," kata kelompok itu.

Baca Juga: Taylor Swift Resmi Merilis Ulang Wildest Dreams Versi Taylor

"Paus pilot dan lumba-lumba dapat dibunuh dalam waktu lama di depan kerabat mereka saat terdampar di pasir, batu atau ketika berjuang di air dangkal."

Survei menunjukkan bahwa kebanyakan orang menentang pembantaian massal lumba-lumba di Kepulauan Faroe.

Pada hari Minggu, reaksi nasional adalah "kebingungan dan keterkejutan karena jumlah yang luar biasa besar", kata Trondur Olsen, seorang jurnalis untuk penyiar publik Faroe Kringvarp Foroya.***

Halaman:

Editor: M Haidar

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x