Menginang atau Menyirih adalah Tradisi dari Simbol Keramahtamahan

12 Oktober 2021, 11:53 WIB
Alat pekinangan untuk menginang atau menyirih /dok.foto/Museum Nasional/

KARAWANGPOST - Menginang atau menyirih adalah suatu istilah untuk menyebut suatu kebiasaan mengunyah bahan-bahan paduan antara daun sirih, pinang dan kapur yang pada masa selanjutnya juga dicampur dengan gambir dan juga tembakau. 

Dahulu, masyarakat Nusantara (Indonesia) memiliki kebiasaan menginang. Tradisi menginang berperan penting dalam kesehatan, kegiatan sosial dan upacara. 
 
Di pulau Jawa sendiri pinang dan sirih sudah ada pada beberapa prasasti pada abad ke sembilan sampai abad ke sepuluh masehi. 
 
Baca Juga: Hasil Thomas Cup 2020: Vito Menang, Indonesia Melaju Bertemu Chinese Taipei
 
Berita dinasti Sung pada abad ke sepuluh sampai abad ke empat belas masehi mencantumkan sirih dan pinang sebagai salah satu mata dagangan yang diekspor dari pulau Jawa. 
 
Pada masa itu, menginang merupakan salah satu bentuk keramahtamahan secara universal karena dapat dinikmati oleh berbagai kalangan mulai dari anak muda hingga orang tua, mulai dari rakyat biasa hingga raja. 
 
Sirih dan pinang disajikan pada tamu sebagai tanda keramahtamahan, penerimaan dan sopan santun. 
 
Baca Juga: 10 Resolusi Peringatan Hari Museum Nasional 12 Oktober
 
Di beberapa pulau di Indonesia, menginang juga tidak hanya disuguhkan untuk orang yang masih hidup karena sirih pinang juga merupakan suguhan dalam upacara penguburan bagi roh orang mati serta sesaji bagi para leluhur dalam upacara adat. 
 
Sirih dan pinang dinilai sebagai obat yang mengandung antiseptik serta sebagai barang kenikmatan.
 
Masyarakat umum biasanya menggunakan peralatan pekinangan dari anyaman atau logam sementara kalangan istana menggunakan wadah yang terbuat dari emas dan perak.***

Editor: M Haidar

Tags

Terkini

Terpopuler