Erdogan: Turki Berlakukan Operasi Militer Anti Teroris di Suriah

- 2 Juni 2022, 12:02 WIB
PBB Resmi Umumkan Pergantian Nama Turki Jadi 'Turkey' Sebagai Nama Baru
PBB Resmi Umumkan Pergantian Nama Turki Jadi 'Turkey' Sebagai Nama Baru /Youtube/euronews



KARAWANGPOST - Dalam pernyataanya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Ankara berencana untuk membersihkan kota Tal Rifat dan Manbij di Suriah dari teroris.

Turki akan meningkatkan upayanya untuk menciptakan apa yang disebutnya zona keamanan selebar 30 kilometer di sepanjang perbatasan selatannya dengan Suriah, Presiden negara itu Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada hari Rabu.

Angkatan Bersenjata Turki akan meluncurkan operasi anti-teroris, yang akan menargetkan kota-kota di Suriah utara, Tal Rifat dan Manbij khususnya, katanya dalam pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Ankara.

Baca Juga: Kejagung Sita Uang Puluhan Miliar Kasus Korupsi Dana Investasi Asabri

Presiden tidak merinci tanggal pasti kapan operasi akan dimulai. Dia juga tidak mengungkapkan jumlah pasukan yang diharapkan ambil bagian di dalamnya.

Turki menganggap milisi Kurdi di Suriah utara sebagai perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) sebuah organisasi militan yang terlibat dalam konflik selama puluhan tahun dengan Turki. 

Didirikan sebagai gerakan separatis yang mencari kemerdekaan untuk Kurdi, kemudian mengalihkan fokusnya ke otonomi yang lebih luas untuk Kurdi di Turki. 

Baca Juga: Kejagung Tetapkan Manager PT Meraseti Logistik Indonesia Sebagai Tersangka Korupsi Impor Baja

Ankara menganggapnya sebagai kelompok teroris, seperti halnya AS, UE, dan beberapa negara lain, seperti Kanada dan Australia.

“Kami memasuki fase baru tekad kami untuk membentuk zona aman sedalam 30 kilometer (20 mil) di sepanjang perbatasan selatan kami. Kami akan membersihkan Tal Rifaat dan Manbij dari teroris, dan kami akan melakukan hal yang sama ke wilayah lain selangkah demi selangkah, ” kata Erdogan pada hari Rabu, 1 Juni 2022

Presiden Turki juga menuduh Moskow dan Washington gagal memenuhi komitmen mereka dan memaksakan penarikan milisi Kurdi dari wilayah Suriah yang berbatasan dengan Turki. 

Baca Juga: Negara Dirugikan Rp1,2 Triliun, Kejagung Akan Terus Dalami Kasus Dugaan Korupsi Waskita Beton

Perkembangan tersebut telah mendorong Ankara untuk meluncurkan operasi untuk melindungi bangsa dan menghilangkan apa yang dianggapnya sebagai ancaman teroris.

Erdogan pertama kali mengumumkan rencananya minggu lalu ketika dia mengatakan bahwa Turki akan segera mengambil langkah-langkah baru mengenai bagian yang tidak lengkap dari proyek yang kami mulai di zona aman sedalam 30 kilometer yang kami buat di sepanjang perbatasan selatan kami.

Pada pertengahan April, Turki juga mengirim pasukan ke Irak, menargetkan milisi Kurdi di wilayah utara Metina, Zap, dan Avasin-Basyan dalam apa yang disebut Operasi Claw-Lock. 

Baca Juga: Calon Jemaah Haji 2022 Tidak Akan Dibebani Biaya Tambahan

Baghdad mengutuk operasi itu sebagai pelanggaran kedaulatannya, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.

Ankara telah melakukan beberapa operasi militer melawan Kurdi di Suriah Utara pada 2016, 2018 dan 2019.

Turki saat ini mengendalikan sebagian dari provinsi Aleppo, Raqqa dan Hasakah di Suriah, selain mendukung militan di Idlib.

Baca Juga: KPK Ungkap Modus Wali Kota Bekasi Nonaktif Rahmat Effendi Terima Uang Rp7,1 Miliar

Milisi Kurdi di Suriah yang dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG) telah bersekutu dengan AS dalam perang mereka melawan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS). Pada 2019, pasukan AS buru-buru mundur dari daerah itu sesaat sebelum invasi Turki. 

Mereka menarik diri dari kota-kota besar Raqqa dan Manbij, dan Tentara Suriah bersama dengan polisi militer Rusia menggantikan mereka.

Baik Damaskus maupun Moskow tidak mengomentari perkembangan hal tesebut sejauh ini.***

Editor: M Haidar

Sumber: RT


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x