Naiknya Pajak Menjadi Pemicu Mogok Massal di Sri Lanka

- 16 Maret 2023, 18:43 WIB
Ilustrasi - Demonstrasi
Ilustrasi - Demonstrasi /Karawangpost/Pixabay/dmncwndrlch



KARAWANGPOST - Beberapa industri utama di Sri Lanka terpaksa harus terhenti karena lebih dari 40 serikat pekerja memprotes kenaikan pajak pada hari Rabu, 15 Maret 2023.

Pemogokan kerja itu terjadi dihampir seluruh ibu kota negara itu. Sementara Sri Lanka saat ini tengah menghadapi krisis ekonomi.

Akibat aksi tersebut berdampak pada rumah sakit, transportasi, sekolah, dan sektor lainnya meskipun ada larangan keras untuk aksi mogok tersebut.

Baca Juga: Todong Kasir Alfamart, Pelaku Pencurian di Karawang Ditembak Polisi

Presiden Ranil Wickremesinghe bulan lalu telah memberikan peringatan keras bahwa mereka yang tidak mematuhi arahan pemerintah dapat kehilangan pekerjaan.

“Siapa pun yang melanggar perintah layanan esensial akan menghadapi kekuatan hukum penuh,” kata juru bicara kabinet Bandula Gunawardana menjelang penghentian pekerjaan.

Tindakan itu dikonfirmasi pada hari Rabu oleh juru bicara serikat pekerja Haritha Aluthge menyusul pembicaraan yang gagal dengan pihak berwenang semalam.

Baca Juga: Legislator Menyayangkan Petinggi Universitas Terlibat Kasus Korupsi

Pembicaraan itu bertujuan mengatasi kenaikan pajak penghasilan menjadi 36%, diumumkan pada bulan Januari. Tarif listrik juga naik dua pertiga. 

Durasi pemogokan, kata serikat pekerja, akan bergantung pada tanggapan pemerintah terhadap protes pajak, serta melonjaknya biaya listrik.

Kolombo menyatakan bahwa mereka perlu meningkatkan pendapatan negara agar memenuhi syarat untuk paket Dana Moneter Internasional (IMF) senilai 2,9 miliar dolar untuk membantu perekonomiannya yang kesulitan. 

Baca Juga: Antisipasi Tindak Kejahatan Bulan Ramadan, Polres Karawang Aktifkan Siskamling Warga

Keputusan dari pemberi pinjaman keuangan diharapkan pada 20 Maret 2023. Sri Lanka sedang mencari bantuan ekonomi setelah gagal membayar utang pemerintah luar negeri senilai 46 miliar dolar pada April tahun lalu. 

Kreditur bilateral terbesar negara itu, China, telah setuju untuk merestrukturisasi hutang pinjamannya, sebuah faktor yang merupakan langkah penting dalam mengamankan bantuan IMF.

Baca Juga: Penguna Knalpot Bising di Karawang Bisa dipidana Kurungan Satu Bulan

Presiden Wickremesinghe telah berjanji bahwa China akan menerima perlakuan yang sebanding dengan semua kreditor eksternal kami di tengah kekhawatiran bahwa Beijing dapat memperoleh perlakuan istimewa dalam pembayaran utang.

Kolombo dilanda krisis ekonomi sejak akhir 2021, dengan kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan. 

Prospek keuangan yang mengerikan menyebabkan tergulingnya mantan pemimpin Gotabaya Rajapaksa, yang mengundurkan diri dan melarikan diri dari negara itu beberapa hari setelah pengunjuk rasa menduduki kediaman resminya pada Juli tahun lalu.***

Editor: M Haidar

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x